Tergantung pada diagnosanya, kadangkala pada kasus itu histerektomi terpaksa dilakukan. Misalnya, dalam pemeriksaan ditemukan adanya Hyperplasia Glandularis Cystica (pertumbuhan selaput lendir rahim yang berlebihan dan cenderung ganas) pada wanita yang menjelang mati haid (di atas 42 tahun).
Apalagi kalau keadaan itu tidak membaik walaupun telah diberi obat-obatan.
Bertangkai
Indikasi lain yang kadang-kadang juga memerlukan tindakan histerektomi antara lain adanya mioma atau fibroid di rahim atau organ sekitarnya. Mioma ini sebenarnya jaringan otot dindiiig rahim yang berubah menjadi tumor.
Dalam pertumbuhannya ia bisa sendiri tetapi bisa juga berkawan. Kalau cuma satu dikenal dengan nama mioma uteri, sedangkan kalau banyak disebut uterus miomatosus.
Posisinya di dalam rahim juga bisa bermacam-macam. Ada yang menempel pada dinding rahim dan ada juga yang bertangkai. Belum lagi kalau mioma itu cepat membesar.
(Baca juga: Perhatikan Gejala Ini, Jangan sampai Kita Kena Kanker Serviks Seperti Jupe)
Mioma yang membesar ini akan menekan organ-organ lain di sekitarnya dan menimbulkan rasa sakit pada si penderita. Pada keadaan yang lebih parah bisa menimbulkan perdarahan, adanya gangguan pada saat buang air kecil dan umumnya susah buang air besar.
Kalau sudah begini biasanya ada indikasi untuk melakukan histerektomi.
Tidak selalu perlu dihilangkan
Namun, tidak semua mioma mengakibatkan histerektomi. Pada mioma yang kecil dan hanya satu atau dua saja, bisa diatasi dengan miomektomi sebagai alternatif histerektomi.
Pada miomektomi hanya miomanya saja yang diangkat. Dahulu memang miomektomi ini selalu dihindari. Soalnya, risiko kehilangan darah pada prosedur ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan histerektomi.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR