Intisari-Online.com- John Krahne (65) menerima kabar yang mengkhawatirkan dari dokter Desember lalu. Kabarnya tumor otak yang ia derita stabil tapi tumor paru tumbuh lebih besar.
Lalu dokter merekomendasikan obat yang bernama Alecensa. Harganya 159.000 US (Rp1,8 miliar) Dollar per tahun.
Melalui Mediacare, Krahne dikenakan biaya copay (membayar untuk layanan kesehatan) 3.200 US Dollar (Rp42,6 juta) pada Desember dan 3.200 US Dollar lainnya pada Januari.
(Tiga Bocah Penderita Kanker Ini Difoto Tiga Tahun Setelahnya dan Perbedaannya Sungguh Menyentuh)
Untuk pertama kalinya sejak didiagnosa 10 tahun yang lalu, Krahne memutuskan untuk menunda mengisi resep. Ia berharap kanker itu tidak akan bergerak cepat dan mendatangkan malapetaka untuk tubuhnya.
Krahne bukanlah satu-satunya pasien kanker yang menunda perawatan karena mengetahui mahalnya harga obat kanker.
Menurut studi dari The Oncologist 2013, ada lebih seperempat dari semua pasien kanker memilih tidak mendapatkan obat karena biaya
Sementara 20% pasien mengambil setengah obat yang diresepkan dari yang seharusnya.
(Foto Lemon-lemon Ini Menjadi Viral karena Bantu Wanita Bisa dengan Mudah Mendeteksi Kanker Payudara)
“Tidak heran banyak pasien yang meninggal dunia karena mahalnya pengobatan sekarang,” ucap Dr. Hagop Kantarjian, spesialis leukemia dan profesor di Houston MD Andreson Cancer Center seperti dilansir npr.org.
Contohnya dalam Journal of Clinical Oncology, sepertiga dari pasien Medicare yang diharapkan menggunakan Gleevec (obat leukemia) tidak bisa menyelamatkan nyawanya karena tidak membeli obat dalam waktu 6 bulan dari diagnosis.
Harga obat Gleevec mencapai 146.000 US Dollar per tahun (Rp1,9 miliar).
Penulis | : | Mentari Desiani Pramudita |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR