Intisari-Online.com - Teknologi di bidang kesehatan semakin maju. Misal dengan hadirnya teknologi 3D Sonomammogram, sebuah metode baru deteksi dini kanker payudara. Disebut juga sebagai Automated Breast Volume Scanning (ABVS), yakni alat pemindai payudara menggunakan gelombang ultrasonik.
Alat ini mampu memberikan citra tiga dimensi dari anatomi payudara sehingga diagnosis payudara menjadi lebih akurat dan komprehensif. Beda dengan alat ultrasonogram dua dimensi yang hanya mampu memberikan citra terbatas dari payudara. 3D Sonomammogram ini mampu memindai tiga dimensional dari berbagai penampang untuk memberikan gambaran menyeluruh terhadap kemungkinan kelainan pada payudara.
"Teknologi 3D Sonomammogram ini bekerja lebih akurat. Diaplikasikan ke usia muda pun tak masalah. Umur 20 tahun juga bisa memanfaatkan teknologi ini," papar dr. Rahmi Alfiah Nur Alam, Sp.Rad. dalam acara Breast Cancer Awareness Campaign, Minggu (28/10) lalu.
Ami, sapaan Rahmi, menuturkan, pemeriksaan melalui 3D Sonomammogram ini tidaklah terasa sakit dan waktu pengerjaannya pun singkat. Ami yang berpraktik di Rumah Sakit Pondok Indah ini menyarankan untuk rutin setiap tahun memeriksa payudara menggunakan 3D Sonomammogram. "Untuk hasil yang lebih akurat, sebaiknya payudara diperiksa pada hari 7 - 10 dari hari pertama menstruasi."
Namun, sebelum bertindak lebih lanjut dengan memanfaatkan teknologi 3D Sonomammogram ini, ada baiknya kita juga melakukan SADARI (Periksa Payudara Sendiri) secara berkala. Metode pemeriksaan ini bisa kita terapkan setiap bulan pada hari ke 7-10 dari hari pertama menstruasi. Caranya pun sederhana. Cukup perhatikan bentuk dan tekstur payudara kita, rasakan perubahan yang terjadi, dan periksakan ke dokter apabila timbul gejala yang mengkhawatirkan.
"Sangat perlu adanya SADARI ini. Sebab benjolan atau pun kanker itu tidak langsung stadium 4, tapi ada perubahan jangka panjang. Jarang sekali ada perempuan yang menyadari payudaranya bermasalah, beda dengan jerawat misalnya. Makanya perempuan harus sadar betul dengan kondisi payudaranya," tambah dr. Teuku Adi Fitrian, Sp.BP, yang lebih kita kenal dengan panggilan Tompi.