Intisari-Online.com – Beberapa dari Anda mungkin mengandalkan obat tidur sebagai upaya mendapatkan istirahat malam yang baik. Namun, mulai sekarang Anda harus waspada! Ternyata dalam sebuah penelitian di Scripps Clinic yang diterbitkan 27 Februari lalu mengaitkan hubungan antara obat tidur dengan risiko kematian 4,6 kali lebih tinggi dan peningkatan yang signifikan pada kanker.
"Penelitian kami menunjukkan bahwa obat tidur berbahaya bagi kesehatan dan dapat menyebabkan kematian dengan kontribusinya terhadap munculnya kanker, penyakit jantung, dan penyakit lainnya," kata Daniel F. Kripke, MD dari Pusat Tidur Keluarga Viterbi di San Diego, Amerika Serikat.
Penelitian ini adalah yang pertama kali menunjukkan bahwa delapan dari obat tidur yang paling umum digunakan terkait dengan bahaya meningkatnya kematian dan kanker. Dalam penelitian ini, peserta yang mengonsumsi obat tidur telah dibandingkan dengan pasien dengan usia, jenis kelamin, dan kesehatan yang sama, yang tidak mengonsumsi obat tidur. Ini bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan faktor-faktor lainnya yang memengaruhi hasil penelitian.
Hasilnya? Di antara pasien yang diberi resep antara 1 sampai 18 obat tidur per tahun, memiliki risiko kematian 3,6 kali lebih tinggi daripada peserta serupa yang tidak mengonsumsi obat tidur. Penelitian ini melibatkan peserta berusia 18 tahun ke atas. Terlihat bahwa risiko kematian meningkat di semua kelompok umur.
Tingkat risiko terkena kanker pun 35 persen lebih tinggi pada orang yang mengonsumsi obat tidur dibandingkan dengan mereka yang tidak mengonsumsinya. Penelitian ini melibatkan 10.531 pengguna obat tidur yang diberi resep obat untuk rata-rata 2,5 tahun dan 23.674 peserta yang tidak diberi resep obat tidur.
"Penting untuk dicatat bahwa hasil penelitian ini didasarkan pada data pengamatan, tapi masih ada kemungkinan faktor-faktor yang memengaruhi," kata Lawrence E. Kline, DO, direktur medis dari Pusat Tidur Keluarga Viterbi.
Kripke mengatakan bahwa bila pasien mengalami sulit tidur karena masalah emosional seperti depresi, seharusnya dokter mengobatinya sebagai adanya gangguan psikologis. Bukan malah langsung memberikan resep obat tidur yang bisa membahayakan pasien tersebut. (sciencedaily.com)