Intisari-Online.com – Ibarat pencuri di malam hari, itulah kanker. Tak pemah ada yang tahu benar apa penyebab pastinya. Terapi terhadap penyakit kanker pun terus berkembang. Dari terapi "sederhana" yang menimbulkan gangguan hingga yang terkini dengan imunoterapi yang bisa meminimalkan keluhan penderita selama menjalani terapi.
(Walau Tak Ada Riwayat Penyakit Kanker Payudara pada Keluarga, Screening Payudara Tetap Penting)
Salah satu penemuan terbaru yang patut dicatat yaitu manfaat sari jahe dan teh hijau untuk mengatasi kanker. Demikian yang disampaikan para ahli dalam sebuah pertemuan bagi kalangan Riset Kanker di Amerika Oktober 2003.
Ann Bode dan Zigang Dong dari University of Minnesota meneliti manfaat ekstrak jahe yang dikenal dengan nama gingerol. Zat ini yang bikin jahe terasa pedas. Mereka memberikan zat itu pada mencit yang telah diinfeksi dengan sel kanker kolon manusia. Mencit yang digunakan pun mencit yang dibudidayakan secara khusus, sehingga lebih mudah terkena kanker.
(Ada Risiko Kanker, Nutella Tetap Menjadikan Minyak Kelapa Sawit Sebagai Bahan Utamanya)
Lima belas hari kemudian Bode dan Dong mulai mengamati hasilnya. Pada mencit yang menjalani pola makan normal ada 13 ekor mencit yang terkena tumor. Sedangkan pada kelompok mencit yang mendapat suntikan ekstrak jahe - sebelum dan sesudah diinfeksi sel tumor - hanya ditemukan empat ekor mencit yang dihinggapi tumor.
Sayangnya, belum ada informasi apakah mengonsumsi jahe dalam bentuk sederhana juga memberikan manfaat untuk mencegah kanker. Soalnya, bukankah selama ini masyarakat kita sudah sedemikian akrab mengenal jahe - mulai wedang ronde, sekoteng, permen jahe, atau lainnya?
Ada lagi penelitian lain yang dikerjakan sebuah tim di Pusat Kanker Arizona, Tucson. Penelitian dilakukan terhadap 118 perokok berat. Para perokok dibagi menjadi dua kelompok, masing- masing diminta meminum sedikitnya empat cangkir teh hijau atau teh hitam dalam sehari.
Setelah empat bulan, pada tubuh mereka dilakukan pengukuran bahan kimia yang disebut 8-OhdG. Zat ini dilepaskan tubuh sebagai respons atas kerusakan DNA, yang sering terjadi pada kasus kanker.
Hasilnya?
Pada mereka yang meminum teh hijau decaffein terjadi penurunan sebanyak 3 1 % jumlah 8-OHdG. Sedangkan pada yang meminum teh hitam tanda-tanda itu tidak dapat ditemukan.
Namun, hasil penelitian dinilai belum mencukupi. Menurut Bode, "Kami masih akan terus mempelajari manfaat rempah itu untuk mengatasi berbagai macam tumor. Bahkan sampai akhirnya kami dapat menyingkap rahasia tentang zat antikanker utama bagi manusia."
Tak kalah penting, menurut para ahli dalam pertemuan itu, mencari jalan yang lebih mudah untuk menurunkan risiko terkena kanker. Seperti kata Dr. Raymond DuBois dari Vanderbilt University di Nashville, yang memimpin pertemuan itu, "Selain terus melakukan penelitian untuk pengobatan dan pencegahan, peiiu juga dilakukan kampanye untuk menyosialisasikan upaya pencegahan kanker dengan cara yang mudah."
Raymond DuBois berharap, kampanye dapat membuat seluruh warga masyarakat dunia lebih proaktif dalam menjaga kesehatan mereka. Di antaranya, dengan rajin berkonsultasi pada dokter dan menjalankan patokan-patokan standar seperti berhenti merokok, menjaga keseimbangan gizi, dan latihan jasmani.
Merokok, yang selama ini dilakukan jutaan orang dari berbagai belahan dunia, memang menjadi faktor pertama (yang dapat dicegah dan dihentikan) penyebab kanker. Sedangkan faktor kurang gizi banyak menjadi masalah di negara berkembang. (Sht)