Apa yang Dimaksud dengan Konsep Moderasi Beragama Menurut Buku Moderasi Beragama?

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Moderasi beragama dapat diartikan sebagai sikap, cara pandang, dan praktik beragama dengan cara mengedepankan aspek kemanusiaan dan kemaslahatan (Kompas)
Moderasi beragama dapat diartikan sebagai sikap, cara pandang, dan praktik beragama dengan cara mengedepankan aspek kemanusiaan dan kemaslahatan (Kompas)

Artikel ini akan membahs tentang apa yang dimaksud dengan konsep moderasi beragama menurut buku moderasi beragama?

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Moderasi beragama menjadi salah satu fokus terpenting Kementerian Beragama era kiwari. Sederhananya, moderasi beragama dapat diartikel sebagaisikap, cara pandang, dan praktik beragama dengan cara mengedepankan aspek kemanusiaan dan kemaslahatan.

Artikel ini akan membahs tentang apa yang dimaksud dengan konsep moderasi beragama menurut buku moderasi beragama?

Terkait moderasi beragama, Mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam pengantar buku Moderasi Beragama menulis seperti ini:

"Moderasi beragama adalah proses memahami sekaligus mengamalkan ajaran agama secara adil dan seimbang, agar terhindar dari perilaku ekstrem atau berlebih-lebihan saat mengimplementasikannya.

Moderasi beragama bukan berarti memoderasi agama, karena agama dalam dirinya sudah mengandung prinsip moderasi, yaitu keadilan dan keseimbangan. Bukan agama jika ia mengajarkan perusakan di muka bumi, kezaliman, dan angkara murka. Agama tidak perlu dimoderasi lagi. Namun, cara seseorang beragama harus selalu didorong ke jalan tengah, harus senantiasa dimoderasi, karena ia bisa berubah menjadi ekstrem, tidak adil, bahkan berlebih-lebihan.

Kodratnya, manusia adalah makhluk dengan keterbatasan pengetahuan dalam memahami semua esensi kebenaran Pengetahuan Tuhan yang luas dan dalam bak samudra. Keterbatasan ini yang mengakibatkan munculnya keragaman tafsir ketika manusia mencoba memahami teks ajaran agama. Kebenaran satu tafsir buatan manusia pun menjadi relatif, karena kebenaran Hakiki hanya milik-Nya.

Karenanya, kewajiban setiap umat beragama adalah meyakini tafsir kebenaran yang dianutnya, seraya tetap memberikan ruang tafsir kebenaran yang diyakini oleh orang lain. Memang, dalam praktiknya, sebagai manusia dengan pengetahuan terbatas, seseorang sangat mungkin terperosok dalam bentuk pemahaman yang ekstrem dan berlebih-lebihan saat mempelajari ajaran agama. Kini, berkat bantuan teknologi komunikasi, ajaran agama yang berlebih-lebihan itu pun kian mudah tersebar luas, dan lalu berdampak pada rusaknya tatanan sosial kehidupan bersama. Karenanya, moderasi beragama tepat menjadi obat penawar bagi munculnya ekstremitas dalam mempraktikkan ajaran agama"

Pengertian moderasi beragama

Menurut buku Moderasi Beragama: moderasi beragama berarti cara beragama jalan tengah sesuai pengertian moderasi tadi.

Moderasi adalah jalan tengah. Dalam sejumlah forum diskusi kerap terdapat moderator orang yang menengahi proses diskusi, tidak berpihak kepada siapa pun atau pendapat mana pun, bersikap adil kepada semua pihak yang terlibat dalam diskusi.

Moderasi juga berarti "sesuatu yang terbaik". Sesuatu yang ada di tengah biasanya berada di antara dua hal yang buruk. Contohnya adalah keberanian. Sifat berani dianggap baik karena ia berada di antara sifat ceroboh dan sifat takut. Sifat dermawan juga baik karena ia berada di antara sifat boros dan sifat kikir.

Dengan moderasi beragama, seseorang tidak ekstrem dan tidak berlebih-lebihan saat menjalani ajaran agamanya. Orang yang mempraktekkannya disebut moderat.

Prinsip moderasi beragama ada dua:adil dan berimbang. Bersikap adil berarti menempatkan segala sesuatu pada tempatnya seraya melaksanakannya secara baik dan secepat mungkin. Sedangkan sikap berimbang berarti selalu berada di tengah di antara dua kutub.

Dalam hal ibadah, misalnya, seorang moderat yakin bahwa beragama adalah melakukan pengabdian kepada Tuhan dalam bentuk menjalankan ajaran-Nya yang berorientasi pada upaya untuk memuliakan manusia. Orang yang ekstrem sering terjebak dalam praktek beragama atas nama Tuhan hanya untuk membela keagungan-Nya saja seraya mengenyampingkan aspek kemanusiaan.

Orang beragama dengan cara ini rela membunuh sesama manusia "atas nama Tuhan" padahal menjaga kemanusiaan itu sendiri adalah bagian dari inti ajaran agama.

Apa pentingnya moderasi beragama?

Moderasi beragama diperlukan karena sikap ekstrem dalam beragama tidak sesuai dengan esensi ajaran agama itu sendiri. Perilaku ekstrem atas nama agama juga sering mengakibatkan lahirnya konflik, rasa benci, intoleransi, dan bahkan peperangan yang memusnahkan peradaban.

Sikap-sikap seperti itulah yang perlu dimoderasi. Moderasi beragama adalah upaya mengembalikan pemahaman dan praktik beragama agar sesuai dengan esensinya, yakni untukmenjaga harkat, martabat, dan peradaban manusia, bukan sebaliknya. Agama tidak boleh digunakan untuk hal-hal yang justru merusak peradaban, sebab sejak diturunkan, agama pada hakikatnya ditujukan untuk membangun peradaban itu sendiri.

Bagaimana moderasi beragama dalam konteks Indonesia?

Dalam konteks Indonesia, moderasi beragama adalah bagian dari strategi bangsa ini dalam merawat Indonesia. Sebagai bangsa yang sangat beragam, sejak awal para pendiri bangsa sudah berhasil mewariskan satu bentuk kesepakatan dalam berbangsa dan bernegara, yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang telah nyata berhasil menyatukan semua kelompok agama, etnis, bahasa, dan budaya.

Indonesia disepakati bukan negara agama, tapi juga tidak memisahkan agama dari kehidupan sehari-hari warganya. Nilai-nilai agama dijaga, dipadukan dengan nilai-nilai kearifan dan adat-istiadat lokal. Beberapa hukum agama juga dilembagakan oleh negara, ritual agama dan budaya berjalin berkelindan dengan rukun dan damai.

Itulah sesungguhnya jati diri Indonesia, negeri yang sangat agamis, dengan karakternya yang santun, toleran, dan mampu berdialog dengan keragaman. Moderasi beragama harus menjadibagian dari strategi kebudayaan untuk merawat jati diri kita tersebut.

slide 8 to 10 of 6

Artikel Terkait