Namanya Saja Mahkota Dewa!

Agus Surono

Editor

Namanya Saja Mahkota Dewa!
Namanya Saja Mahkota Dewa!

Intisari-Online.com - Mengetahui khasiat tumbuhan satu ini, mungkin Anda segera berminat menanamnya. Betapa tidak. Tanaman ini ternyata punya khasiat luar biasa. la bisa menyembuhkan gangguan kesehatan dari yang ecek-ecek hingga yang nyaris tak ada harapan sembuh. Kalau cuma pegal-pegal, sehari dua hari bakal hilang. Flu? Wah, itu tugas yang juga bisa dibereskan dalam sehari dua hari. Diabetes pun bakal takluk dalam beberapa bulan.

Bagaimana dengan kanker? Meski butuh waktu bulanan, tanaman ini pun sanggup melawannya sampai titik darah penghabisan. Paling tidak itu berdasarkan pengalaman empiris banyak orang, termasuk yang merasa sembuh dari penyakit pada organ hati atau jantung, hipertensi, rematik, serta asam urat.

Untuk mengolahnya jadi obat pun sangat gampang. Cuma dengan menyeduh "teh racik" terbuat dari kulit dan daging buah, cangkang buah, atau daunnya, bahan obat alami ini pun siap dipakai. Kalau enggak menghendaki rasa pahitnya, kita bisa sedikit bersusah payah mengolahnya menjadi ramuan instan. Rasanya ditanggung lebih sedap tanpa mengurangi khasiat.

Itulah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa). Tanaman yang kabarnya berasal dari daratan Papua ini di Jawa Tengah dan Yogyakarta dijuluki makuto dewo, makuto rojo, atau makuto ratu. Orang Banten menyebutnya raja obat, karena khasiatnya bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Sementara, orang-orang etnis Cina menamainya pau yang artinya obat pusaka.

Dari alergi hingga kanker

Sebagian orang mungkin pernah sekadar melihatnya, sebagian lagi mendengar namanya pun tidak pernah. Wajar bila selama ini sangat sedikit orang yang tahu tentang mahkota dewa. Apalagi khasiatnya. Bahkan, di banyak lembaga penelitian yang menangani tumbuhan berkhasiat obat belum ditemukan hasil penelitiannya. Sampai saat itu, setidaknya baru dr. Regina Sumastuti dari Jurusan Farmakologi, Universitas Gadjah Mada yang telah menelitinya. Itu pun masih terbatas pada pengujian terhadap efek antihistamin atau antialergi. Padahal, kalangan Keraton Solo dan Yogyakarta telah lama mengenalnya dan memanfaatkannya sebagai tanaman obat. Beruntung, lama-lama manfaat luar biasa ini bocor ke kalangan awam.

Sekarang, tanaman ini seakan turun dari langit sebagai "dewa penyelamat" orang sakit. Berbagai kesaksian dikemukakan mereka yang telah merasakan khasiatnya. Dalam buku Mahkota Dewa Obat Pusaka Para Dewa karya Ning Harmanto, ketua Kerukunan Wanita Tani Bunga Lily, yang menekuni pengobatan dengan mahkota dewa, ada 26 orang yang mengakui keampuhannya atau ditulis berhasil sembuh dari sakitnya berkat mahkota dewa.

Di antara mereka adalah Tuti Ariestyani Winarta, yang setelah menjalani operasi pengangkatan kista di rahim, mengalami kemunduran kondisi tubuh. Badannya kurus, perutnya membuncit seperti sedang hamil tua, jari-jari kakinya menggemuk, tekanan darahnya naik-turun, dan Hbnya sangat rendah.

Beberapa dokter yang dikunjungi memberikan diagnosis berbeda. Ada yang mendiagnosisnya menderita kanker hati, sirosis hati, dan ada pula yang menyatakan dia menderita hepatitis kronis. Tak kunjung memperoleh kepastian penyakit yang dideritanya, atas saran Ning, Tuti akhirnya mengonsumsi air rebusan daging buah mahkota dewa. Setelah enam bulan, Tuti merasa sembuh dan kondisi tubuhnya membaik kembali.

Selain Tuti, Diana yang berdomisili di Bekasi menyatakan berhasil sembuh dari penyakit kanker payudara kanannya setelah menjalani operasi dua kali untuk membersihkan kanker di payudara kirinya. Anna Winata di Bogor dan Retno di Bekasi juga merasakaan sehat kembali dari sakit kanker rahim berkat mahkota dewa. Ny. Parian di Balikpapan pun berhasil menormalkan kadar gula darahnya berkat tumbuhan obat ini. Masih banyak lagi contoh keberhasilannya yang lain. Sayangnya, yang tidak berhasil tak pernah terungkap, sehingga tidak bisa diketahui penyakit apa yang tidak mampu dilawan tanaman berbuah merah menyala ini.

Selain ini daun dan buah mahkota dewa dimanfaatkan masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa, sebagai obat penyakit kulit, gatal-gatal, dan eksem. Penyakit tersebut ditandai dengan gejala gatal-gatal, pertanda adanya alergi terhadap agen tertentu yang mendorong sel-sel tubuh mengeluarkan histamin.

Soal kemampuan melawan penyakit kulit ini Sumastuti sudah membuktikannya. Dari penelitian secara in vitro menggunakan usus halus marmot, diketahui, memang benar daun dan buah mahkota dewa mempunyai efek anti histamin. Artinya, tanaman tersebut secara ilmiah bisa dipertanggungjawabkan penggunaannya sebagai obat gatal-gatal akibat gigitan serangga atau ulat bulu, eksem, dan penyakit lain akibat alergi.

Penelitian lain masih kita tunggu untuk membuktikan khasiat luar biasa seperti yang dirasakan beberapa orang di atas. Namun cerita dari mulut ke mulut rupanya sudah membuat orang, terutama yang sakit berat dan umumnya hampir putus harapan, percaya. Maka orang pun mulai beramai-ramai mencari bagian berkhasiat mahkota dewa. Tak sedikit yang mencoba menanamnya di pekarangan rumah. Bahkan, ada yang melihat "wabah" ini sebagai peluang usaha untuk membudidayakan dan mengolahnya menjadi produk ramuan obat tradisional atau jamu dengan berbagai bentuk.

Dijadikan "teh"

Menanam mahkota dewa memang bukan perkara sulit. Tumbuhan ini bisa hidup baik pada ketinggian 10 - 1.000 m dpl. Penanaman bisa dari biji atau hasil cangkokan. Meski penanamannya bisa di dalam pot atau langsung di tanah, pertumbuhannya akan lebih baik bila ditanam di tanah. Tanaman dari biji biasanya sudah berbuah pada umur 10 - 12 bulan. Sementara yang berasal dari cangkokan mestinya berbuah lebih cepat.

Buah inilah bagian yang paling banyak digunakan sebagai obat alami, di samping daun dan batang. Dari ketiga bagiannya, yakni kulit dan daging buah, cangkang (batok biji), serta biji, yang dimanfaatkan umumnya kulit dan daging buah serta cangkangnya. Buah muda berwarna hijau dan yang muda berwarna merah cerah.

"Khasiat buah muda dan tua sama saja," jelas Ning. Sayang, senyawa apa yang terkandung dalam bagian-bagian buah, masih belum terungkap secara detail. Cuma, Hutapea dkk. (1999), seperti dikutip Sumastuti, menyatakan, dalam daun dan kulit buah makuto dewo terkandung senyawa saponin dan flavonoid, yang masing-masing memiliki efek antialergi

Ning menulis, dalam keadaan segar, kulit dan daging buah muda mahkota dewa terasa sepat-sepat pahit. Sedangkan yang sudah tua sepat-sepat agak manis. Jika dimakan segar akan menimbulkan bengkak di mulut, seriawan, mabuk, bahkan keracunan. Apa penyebabnya, belum diketahui dengan pasti. Karenanya, tidak dianjurkan untuk mengonsumsinya dalam keadaan segar.

Cangkangnya memiliki rasa sepat-sepat pahit, lebih pahit dari kulit dan daging buah. Bagian ini juga tidak dianjurkan untuk dikonsumsi langsung karena dapat mengakibatkan mabuk, pusing, bahkan pingsan. Namun, setelah diolah, bagian ini lebih mujarab ketimbang kulit dan daging buah. la dapat mengobati penyakit berat macam kanker payudara, kanker rahim, sakit paru-paru, dan sirosis hati.

Ada alasan mengapa biji mahkota dewa tidak dikonsumsi. "Bijinya sangat beracun. Kalau mengunyahnya, kita bisa muntah-muntah dan lidah mati rasa," tambah Ning. Karena itu, bagian ini cuma digunakan sebagai obat luar untuk penyakit kulit.

Sudah tentu untuk menjadikan daging buah atau cangkangnya sebagai obat, perlu pengolahan terlebih dulu. Bisa dijadikan buah kering, teh racik, atau ramuan instan. Namun, yang sering dilakukan adalah dengan menjadikannya the racik dan ramuan instan.

Peningkat libido

Bagian lain yang bisa dijadikan obat adalah batang dan daun. Menurut Ning dalam bukunya, batang mahkota dewa secara empiris bisa mengobati kanker tulang. Sedangkan daunnya bisa menyembuhkan lemah syahwat, disentri, alergi, dan tumor. Cara memanfaatkan daun adalah dengan merebus dan meminum airnya.

Jangan kaget. Begitu minum ramuan mahkota dewa, kita segera merasakan serangan kantuk. Efek ini normal. Efek lainnya adalah mabuk. Untuk menghilangkan efek ini dianjurkan untuk minum air lebih banyak. Untuk konsumsi selanjutnya, takaran mahkota dewa perlu dikurangi. Jika masih tetap mabuk, sebaiknya untuk sementara hentikan dulu. Di samping efek buruk tadi ternyata masih ada efek "baik"- nya. " Psst... kadang-kadang kaum pria ada yang libidonya meningkat," bisik Ning.

Menurut Ning, dalam proses menyembuhkan penyakit dalam atau penyakit serius macam kanker rahim, setelah pasien mengomsumsi seduhan mahkota dewa badannya bisa merasakan panas-dingin, bahkan kadang kala mengeluarkan gumpalan darah berbau busuk. "Ini merupakan proses pembersihan penyakit," tulis Ning.

Penggunaannya bisa dalam bentuk ramuan tunggal, bias pula ramuan campuran. "Pencampuran dengan tumbuhan obat lain dimaksudkan untuk memperkuat khasiatnya dan menetralisasi racun. Juga untuk mengurangi rasa tidak enaknya," tutur Ning, yang mengaku sering melayani "resep" yang ditulis beberapa dokter.

Upaya penyembuhan menggunakan ramuan mahkota dewa, menurut Ning, tidak bisa cepat membuahkan hasil. Pengobatannya perlu dilakukan beberapa kali. Bahkan untuk penyakit berat yang kronis perlu waktu lama. Yang perlu diperhatikan adalah takaran penggunaannya mesti tidak melebihi yang dianjurkan. Kalau takarannya berlebih, pengaruh yang tidak diinginkan bisa muncul.

Mesti diingat, wanita hamil muda dilarang mengonsumsi mahkota dewa. Seperti dikutip Ning, Sumastuti juga telah membuktikan mahkota dewa mampu berperan seperti oxytosin atau sintosinon yang dapat memacu kerja otot rahim sehingga memperlancar proses persalinan. Ini bisa membahayakan kehamilan yang masih muda.

Yang tak kalah penting, pesan Ning dalam menggunakan ramuan mahkota dewa kita dianjurkan mensugesti atau meyakinkan diri bahwa ramuan ini manjur, berdoa untuk kesembuhan kita, dan tetap mengunjungi dokter untuk mengetahui perkembangan kesehatan kita.

Berikut inl beberapa resep yang menggunakan mahkota dewa.

  • Tah racikCuci bersih buah mahkota dewa, rajang, lalu angin-anginkan selama sehari. Jemur sampai kering. Bobot kering ini kira-kira sepersepuluh bobot basah. Untuk mematikan kuman penyakit, bakteri misalnya, bahan kering tadi disangrai di atas api kecil sekitar 5 menit. Simpanlah di dalam wadah rapat. Sewaktu diperlukan tinggal diseduh.

  • Ramuan instanIrisan kulit dan daging buah yang matang direbus bersama gula hingga tampak berbusa-busa. Kemudian aduk sampai campuran mengkristal dan mengering. Angkat dari atas api dan biarkan hingga dingin. Kristal yang sudah dingin diayak. Bagian yang kasar ditumbuk hingga halus dan ayak kembali. Simpanlah dalam stoples dan tutup rapat. Jika hendak diminum, tinggal menyeduhnya seperti membuat kopi.

  • KankerUntuk mengatasi kanker (payudara atau rahim) yang tidak terlalu parah atau sekadar upaya pencegahan, gunakan 1 sdm ramuan instan yang diseduh dengan segelas air minum. Minum 2x sehari, pagi dan sore. Jika penyakitnya serius, campurkan " teh" racik mahkota dewa dan kunyit putih instan. Rebus 1 sdt " teh" racik mahkota dewa dalam3 gelas air hingga tinggal setengahnya. Tambahkan 1 sdt kunyit putih instan. Minum ramuan ini 3x sehari. Untuk penyakit yang sangat serius, dosis di atas dibuat dua kali lipat atau sampai 1 sdm " t e h" racik mahkota dewa. Pengobatan ini memerlukan waktu 3 - 6 bulan. Setelah merasa sembuh, ramuan tetap dikonsumsi, tapi takarannya dikurangi.

  • DiabetesJika tidak terlalu serius, ambil 3 - 5 potong teh racik mahkota dewa yang direbus dengan 3 gelas air bersama 3 helai daun salam. Biarkan air sampai tersisa setengahnya. Minum ramuan ini 3 hari sampai seminggu sekali. Jika diabetesnya parah, rebus dengan cara yang sama 1 sdt "ten" racik mahkota dewa dan 3 helai daun salam. Minum ramuan ini 3x sehari.

  • Khusus untuk anak-anakRebus sebutir buah mahkota dewa segar atau telah dikeringkan dengan 3 gelas air, sampai airnya tinggal 1 gelas. Untuk mengobati penyakit serius, buah sebaiknya ditusuk-tusuk dengan garpu. Air rebusan inilah yang diminumkan sebagai obat. (Tanaman Berkhasiat 2)