Intisari-Online.com - Pola diet yang keliru bisa menyebabkan berat badan turun dengan cepat tapi kemudian setelah beberapa bulan naik kembali. Kondisi tersebut disebut juga dengan sindroma yo-yo. Waspada jika Anda sering mengalaminya karena sindroma yo-yo ini berbahaya bagi kesehatan. Inilah alasan mengapa para ahli kesehatan tidak merekomendasikan fluktuasi berat badan yang terlalu drastis, seperti dilansir Womens Health.
- Berisiko kanker endometrium. Pada tahun 2013 penelitian yang dimuat dalam European Journal of Cancer menyebutkan, wanita yang turun berat badan kemudian berat badannya naik kembali beresiko dua kali lebih besar menderita kanker endometrium (dinding rahim). Risiko ini terutama mengincar mereka yang obesitas dan turun berat badan sampai 10 kilogram tapi naik kembali 10 kilogram.
- Mengganggu metabolime. Wanita yang berat badannya berfluktuasi akan mengalami penurunan pengeluaran energi saat istirahat (jumlah kalori yang terbakar saat tidak melakukan aktivitas). Jika metabolisme berjalan lambat, kesempatan lemak tertimbun dalam tubuh juga makin besar. Penelitian juga menemukan, ketika wanita ini kembali naik berat badan, penumpukan lemak terutama terjadi pada lengan dan kaki.
- Membuat perut lebih lapar. Orang yang mengalami diet yo-yo cenderung memiliki level grelin lebih tinggi, atau hormon yang memicu rasa lapar. Ini terjadi karena berusaha terus-menerus menurunkan berat badan akan membuat tubuh melawan balik dengan memicu rasa lapar.
Menurunkan berat badan bukanlah usaha yang bisa terjadi secara instan. Pilihlah metode pelangsingan yang sehat, ini berarti memperbanyak serat, mengurangi lemak dan karbohidrat sederhana, dan tentunya wajib berolahraga. Tidak perlu target muluk-muluk supaya pola makan ini bertahan jangka panjang. Anda mungkin tidak akan mendapatkan hasil yang cepat, tetapi tentunya lebih sehat. (
kompas.com)