Intisari-Online.com – Penderita kanker sering mengalami kemerosotan status gizi, sehingga menjadi kurus dan lemah. Penyebabnya bisa macam-macam. Dr. Andry Hartono D.A. Nutr. Membahas terapi gizi untuk mengatasinya.
Kanker adalah pertumbuhan jaringan abnormal yang dapat tumbuh terus dengan ganas, invasif danv menyebar luas ke organ-organ tubuh lainnya bila tidak ditangani secara tepat. Sel-sel kanker ganas ini akan menggerogoti jaringan tubuh sehat dan merampok semua unsur makanan tanpa mempedulikan kebutuhan sel-sel normal.
(Baca juga:Perjuangan Ibu Penderita Kanker Melahirkan Kedua Anak Kembarnya Ini Sungguh Mengharukan)
Sementara ltu, adanya tindakan invasif, seperti pemakaian obat-obat sitostatika yang toksik, pembedahan dan radiasi, akan menimbulkan pelbagai komplikasi yang bisa menambah kerusakan atau kematian jaringan.
Untuk ltulah, di samping memerlukan tindakan medis yang tepat, para pendenta kanker juga membutuhkan makanan dengan unsur-unsur gizi yang lebih banyak dan lebih lengkap untuk memperbaiki jaringan tubuh yang rusak serta meningkatkan daya tahan tubuhnya.
Namun, menurunnya selera makan menyebabkan sering kali jumlah masukan unsur-unsur gizi yang diperlukan itu jauh dan cukup. ltulah sebabnya mengapa pendenta kanker ganas sering mengalami status gizi jelek dan mengalami penurunan berat badan yang drastis (cachexia).
Terapi gizi untuk menanggulangi keadaan itu bisa dibagi menjadi dua kelompok: diit tiggi kalori tinggi protein (TKTP) dan diit komplikasi/simtomatik.
Diet TKTP
Penderita kanker umumnya tidak mampu makan dalam jumlah banyak, karena menurunnya selera makan, mual dan berbagai sebab lainnya.
Karena itu diperlukan makanan yang walaupun dimakan dalam jumlah sedikit, tetap mengandung banyak kalori dan protein. Untuk perbaikan kerusakan jaringan dan anabolisme, seorang penderita kanker kemungkinan membutuhkan sampai,45 kalori/kg berat badan/hari dan 2-2,5 g protein/kg berat badan/hari.
Penderita kanker yang berat badannya sekitar 50 kg meraerlukan kurang-lebih 2.250 kalori/ hari dan 100 - 125 g protein/hari.
Kalori atau tenaga biasanya diperoleh dari makanan sumber hidrat arang dan lemak. Bentuk hidrat arang yang paling mudah diserap oleh usus kita adalah glukosa (Glukolin, Glucose-D).
Glukosa yang biasanya berbentuk serbuk atau cairan dapat ditambahkan ke dalam sari buah, susu, air kacang hijau dll. Sedangkan gula pasir (sukrosa) yang lazim kita pakai sehari-hari harus dicernakan dahulu dalam usus sebelum menghasilkan glukosa.
(Baca juga:Tiga Bocah Penderita Kanker Ini Difoto Tiga Tahun Setelahnya dan Perbedaannya Sungguh Menyentuh)
Makanan lain yang menjadi sumber kalori adalah lemak atau minyak. Namun, karena pasien kanker merasa mual, lemak sering tidak dapat diberikan dalam jumlah banyak.
Minyak tak jenuh ganda dengan rantai karbon pendek atau sedang, yang banyak terdapat dalam minyak nabati (minyak jagung, minyak kedelai), lebih mudah dicerna dan diserap karena penyerapannya tidak memerlukan getah empedu.
Protein yang diperlukan penderita kanker adalah protein lengkap yang nilai biologisnya tinggi. Jenis protein ini terdapat dalam makanan produk hewani seperti telur, susu dan daging yang mengandung semua asam amino esensial dengan jumlah yang memadai untuk membangun jaringan tubuh dan membentuk sistem enzimatik seluler serta zat-zat kekebalan.
Meningkatnya kebutuhan penderita kanker akan vitamin-mineral sering membuat dokter memberikan pula suplemen vitamin-mineral. Penderita kanker juga harus memperoleh cairan lebih banyak (2,5 1/hari) untuk mencegah bahaya dehidrasi.
(Baca juga:Dua Bayi Penderita Kanker Ini Sembuh Berkat Rekayasa Genetika Sel)
Dianjurkan agar pasien minum sekitar 1,5 gelas (150 cc) atau lebih setiap jam pada saat tidak tidur (sekitar 16 jam) dan 1 - 2 gelas pada waktu terjaga di malam hari.
Mengingat kebutuhan kalori dan protein bagi penderita kanker acap kali tidak dapat terpenuhi dari makanan saja, kadang-kadang dokter atau ahli gizi juga melengkapi diet penderita dengan suplemen yang tinggi kalori tinggi protein tanpa menimbulkan rasa mual (kandungan lemaknya rendah).
Suplemen ini biasanya berupa susu formula khusus.
Meskipun mempunyai kandungan kalori yang tinggi, susu bubuk full-cream juga mengandung lemak dalam jumlah besar, sehingga dapat menambah rasa mual.
Komplikasi dan diet
Diet yang diterapkan di sini adalah untuk mengatasi sejumlah gejala atau komplikasi yang berhubungan dengan selera makan dan kemampuan mengunyah.
Pada disgeusia, berubahnya daya pengecap, setiap makanan terasa hambar. Keadaan ini disebabkan oleh kerusakan sel-sel pengecap akibat radiasi.
Untuk mengatasinya, makanan harus memiliki aroma dan cita rasa yang menutupi rasa hambar tersebut (asalkan tidak menggunakan bahan-bahan yang bisa mencederai mulut). Misalnya minyak permen, ekstrak vanili, rempah-rempah seperti kunyit, salam dll.
Bentuk dan warna makanan juga sebaiknya yang bisa menimbulkan selera, demikian pula penyajiannya. Sebelum makan, pasien dapat berkumur dengan larutan campuran soda kue (1 sendok makan) dan air masak (sekitar 1 l).
(Baca juga:Kylie Simonds, Mantan Penderita Kanker yang Membuat Tas Ransel untuk Kemoterapi Anak-anak)
Karena adanya rasa mual dan muntah, maka makanan yang baunya dapat menimbulkan perasaan mual harus dihindari. Makanan panas akan menimbulkan bau lebih merangsang daripada makanan dingin.
Sebaiknya pasien makan sedikit demi sedikit, tetapi sering. Konsumsi cairan harus cukup untuk mencegah dehidrasi. Kalau perlu, dokter akan memberi obat antimuntah satu jam sebelum makan.
Muntah-muntah berat yang mengakibatkan dehidrasi memerlukan penggantian cairan dan elektrolit melalui infus. Radiasi yang mengenai kelenjar liur dapat menurunkan produksi air liur. Akibatnya mulut kering (xerostomia).
Keadaan ini dapat diatasi dengan banyak minum cairan, seperti air kacang hijau, sari buah dll. Radiasi juga mengubah komposisi flora mulut, sehingga memperbesar risiko gigi keropos.
Sebaiknya pasien meminta saran dari dokter gigi. Lendir berlebihan di mulut dapat terjadi akibat perubahan komposisi air liur. Untuk mengatasinya, pasien dapat berkumur dengan campuran air dan soda kue.
Makanan yang lengket seperti ketan, pindakas, keju, dodol, karamel, coklat dan permen lunak harus dihindari. Sebaiknya pasien diberi sari buah seperti air jeruk, air wortel, lemon tea dll.
Susu skim dan susu kedelai dapat menggantikan susu biasa. Peningkatan kepekaan dan inflamasi selaput lendir mulut dan kerongkongan dapat menimbulkan nyeri pada saat menelan.
Kalau pasien sulit menelan, disarankan agar diberi makanan sedikit demi sedikit, tetapi sering dan tiap kali makan disediakan waktu yang cukup lama. Makanan lunak seperti havermout, bubur nasi, supermi dll. dapat pula diberikan.
Sari buah jangan yang asam, agar tidak menambah rasa nyeri. Kalau selera makan menurun, boleh saja mencoba minuman perangsang selera makan seperti sari temulawak. (Intisari)