"Gunung itu lambang lelaki, laut simbol perempuan. Persatuan keduanya mutlak mirip konsep lingga - yoni, yakni sangkan paraning dumadi," ujar Sukarto yang pakar sejarah Jawa kuno.
Kalau Kanjeng Ratu Kidul adalah penguasa lautan (di selatan), Sapu Jagad adalah penguasa gunung (di utara), maka Panembahan Senopati sebagai penguasa di dataran (Kerajaan Mataram) merupakan simpul penghubung keharmonisan atas keduanya.
Di samping itu kekuatan Mataram tergantung pada dua itu. Itu sebabnya Keraton Yogyakarta setiap tahun menyelenggarakan upacara labuhan.
Hubungan kekeluargaan antara ketiga keraton itu antara lain tercermin pada kepercayaan masyarakat di sepanjang Kali Opak.
Kedua sungai yang bermata air di Gunung Merapi ini dipercaya sebagai jalan utama kunjungan kekeluargaan antara penghuni Laut Kidul dan Gunung Merapi.
Lampor yang dibarengi suara gemerincing di malam hari, diyakini sebagai barisan makhluk halus berkereta kuda pimpinan Kanjeng Ratu Kidul yang hendak kembali pulang dari kunjungannya ke Merapi, menyusuri Kali Opak.
Masalah pasca letusan
Salah satu hal yang merisaukan para pengungsi ialah santernya kabar tentang pemindahan atau transmigrasi penduduk yang tinggal di kawasan yang dinyatakan sebagai restricted area (daerah tertutup).
Seperti sudah diketahui, sebagian besar penduduk yang semula tinggal di daerah terlarang itu enggan untuk dipindahkan ke daerah aman, apalagi ditrasmigrasikan ke luar pulau.
"Hidup kami sudah cukup senang, tak kekurangan apa pun. Kenapa harus ditransmigrasikan? Apa kami ini dianggap miskin?" tutur Mangunharjo, penduduk Dusun Ngrangkah, Cangkringan, Sleman, yang sehari-hari berjualan sayuran.
Hasil bumi berupa sayur-sayuran ditambah penghasilan lain dari sapi perah, menurut Wonokaryo penduduk Dusun Pelem satu kawasan dengan Kinahrejo, sudah lebih dari cukup.
"Tapi kalau itu sudah jadi keputusan pemerintah yang tidak bisa ditawar, ya bagaimana lagi. Kalau bisa, kami dipindahkan ke daerah yang dekat-dekat sini saja," katanya di barak pengungsian Cangkringan.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR