Advertorial
Intisari-Online.com -Sejak dinyatakan meletus mulai Sabtu (15/11), Gunung Agung di Bali terus mengeluarkan abu vulkanik yang berdampak ke bisnis penerbangan.
Bandara internasional yang berlokasi di Bali pun dinyatakan tertutup, karena bagaimanapun juga abu vulkanik membahayakan penerbangan.
Penutupan akses penerbangan ini tentu berdampak pada sejumlah bisnis, lebih-lebih bisnis pariwisata di Bali.
(Baca juga:Kepala Pusat Data dan Humas BNPB: Ada Potensi Terjadinya Erupsi yang Lebih Besar di Gunung Agung)
(Baca juga:Erupsi Gunung Agung: Apakah Debu Letusan Gunung Berapi Berbahaya Bagi Pesawat Terbang?)
Asnawi Bahar, Ketua Umum Dewan Dewan Pimpinan Pusat Association of the Indonesia Tours and Travel Agencies (ASITA) menyebutkan, hanya dalam hitungan hari, kerugian akibat force major tersebut mencapai Rp260 miliar.
“Ini kerugian dari sektor pariwisata di Bali saja, kerugian dari bisnis sektor wisata saja dan perhotelan," kata Asnawi dirangkum Kontan.co.id, Selasa (28/11).
Dalam hitungan Asnawi, nilai kerugian tersebut akan terus bertambah jika situasi Gunung Agung tak kunjung mereda.
Dalam hitungan Asnawi, dalam sehari ada 150 ribu wisatawan yang masuk ke Bali lewat Bandara Ngurah Rai.
Jumlah tersebut berasal dari 400 penerbangan internasional yang datang ke Bali.
(Baca juga:Bermodal Truk, para Relawan Ini Evakuasi Hewan Ternak dan Peliharaan dari Ancaman Gunung Agung)
“Bayangkan kami kehilangan 150 ribu tamu per hari,” jelas Asnawi.
Jika kondisi Gunung Agung tak kunjung membaik, Asnawi memproyeksikan, kerugian industri pariwisata bisa mencapai Rp500 miliar hingga akhir November nanti.
“Ini belum menghitung kerugian yang dialami daerah pawrisata lain seperti Lombok yang juga terganggu,” jelasnya.
(Artikel ini sebelumnya tayang di Kontan.co.id dengan judul "Rp 260 miliar menguap akibat letusan Gunung Agung", penulis: Asnil Bambani Amri)