Kalau kita dalami, katanya, barangkali makhluk yang disimbolkan sebagai raksasa tak kasat mata itu adalah sumber kekuatan api atau magma yang ada dalam perut Merapi.
Agar kekuatan alam yang dahsyat itu tidak menghancurkan umat manusia, maka ia perlu dipuja.
Karena itu, ia pun mengingatkan untuk berhati-hati menjabarkan makna mitos sebelum menggali betul dari mana sumbernya.
Mitos, menurutnya, terkadang merupakan jembatan antara dunia nyata dan dunia yang tak kasat mata.
Seperti dirumuskan Edmund Leach dalam bukunya Culture and Communication, mitos merupakan jawaban dari penghayatan manusia ketika ilmu pengetahuan belum sanggup menjelaskan hal-hal yang kemudian dianggap supranatural.
Seperti halnya ilmu pengetahuan dan teknologi modern, mitos bisa salah, sebaliknya bisa juga benar.
Akan tetapi bagaimanapun, segala kegiatan Merapi, entah itu letusan atau gugurnya kubah lava dengan wedhus gembel-nya yang panas mematikan, menjadi pepeling, semacam peringatan betapa kecil sesungguhnya makhluk bernama manusia di hadapan Sang Pencipta!
Amukan Laboratorium Alam
Di antara sekian banyak gunung aktif di Indonesia, barangkali hanya Merapi yang paling mendapat perlakuan khusus dan istimewa.
Gunung berketinggian 2.968 m itu setiap 2 - 7 tahun sekali meletus memuntahkan lava pijar yang menghasilkan awan panas dan masyhur disebut wedhus gembel.
Saking aktifnya sampai perlu ditangani oleh satu seksi tersendiri, yakni Seksi Penyelidikan Gunung Merapi (PGM), salah satu seksi dari Sub Direktorat Analisis Gunung Api yang berkedudukan di Bandung.
Aktivitas Merapi itu dipantau melalui dua sistem pernantauan, yakni pengamatan tetap dan terus-menerus serta pemantauan secara berkala.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR