Bagi Kesultanan Yogyakarta, seperti diungkapkan Drs. Lucas Sasongko Triyoga penulis buku Manusia Jawa dan Gunung Merapi: Persepsi dan Sistem Kepercayaannya, Merapi bukan hanya gunung dalam arti sebenarnya, tetapi juga daerah keramat, makam para leluhur Mataram.
Tapi sekarang, bersama keluarganya serta ratusan penduduk Kinahrejo dan dusun-dusun lain di sekitamya, ia terpaksa ikut mengungsi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Poros Merapi-Keraton Yogya-Laut Kidul
Mitos tentang Gunung Merapi kali ini seperti sedang diuji. Dari kacamata penduduk lereng Merapi yang percaya, Eyang Merapi mblenjani janji.
Apakah Eyang Merapi melupakan janji yang dulu pernah diucapkan kepada Panembahan Senopati pendiri Mataram, seperti tersirat dalam mitos Endhog Sapu Jagad, yakni tidak akan menimpakan bencana kepada rakyat Mataram?
Mengapa pula Eyang Merapi tidak memberi isyarat terlebih dulu kepada penduduk agar bisa menyelamatkan diri?
Oleh karena itu pada malam Jumat Kliwon, 2 Desember 1994, Marijan bersama tetua warga Dusun Kinahrejo mengadakan upacara selamatan dan tirakatan.
Tujuannya supaya warga, khususnya masyarakat lereng Merapi, yang masih hidup diberi keselamatan.
Upacara selamatan itu juga dipakai oleh warga dusun Kinahrejo dan sekitamya agar tetap diperbolehkan bermukim di tanah kelahirannya.
Persepsi Gunung Merapi sebagai keraton makhluk halus tak bisa dilepaskan dari mitos Endhog Sapu Jagad.
Di sana tersirat hubungan antara Keraton Mataram, Keraton Laut Kidul, dan Keraton Merapi.
Ketiga keraton itu, menurut M.M. Sukarto K. Atmodjo, memiliki hubungan mistis dan adikodrati, yang menjamin ketenteraman bagi keberlangsungan raja dan kerajaan beserta seluruh rakyatnya.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR