Advertorial

Jika Yellowstone Sampai Meletus, Inilah yang Akan Terjadi Pada Bumi Kita Tercinta Ini

Mentari DP

Penulis

Campuran abu, lahar, dan gas super panas atau bisa disebut aliran piroklastik akan melebihi suhu 1.000 derajat Celcius dan dapat bergerak dengan kecepatan hingga 482 kilometer per jam.
Campuran abu, lahar, dan gas super panas atau bisa disebut aliran piroklastik akan melebihi suhu 1.000 derajat Celcius dan dapat bergerak dengan kecepatan hingga 482 kilometer per jam.

Intisari-Online.com – Yellowstone adalah kawah gunung berapi yang sangat luas dan terletak di Amerika Serikat.

Diduga sekitar 630.000 tahun yang lalu terjadi letusan yang sangat hebat di daerah tersebut dan menciptkan Yellowstone berbentuk mangkuk seluas 64 kilometer lebih.

Nah, beberapa bulan terakhir, Yellowstone mulai mengalami erupsi. Dari erupsi kecil sampai supererupsi yang mengkhawatirkan.

(Baca juga:Supervolcano Yellowstone akan Meletus Kembali, Efeknya Bisa Hancurkan Kehidupan Penduduk Bumi)

(Baca juga:Selama Seminggu, Telah Terjadi 464 Gempa di Gunung Api Yellowstone, Berbahayakah?)

Jika benar-benar meletus, seperti inilah kira-kira dampak letusan Yellowstone:

Menurut Ilmuwan Observatorium Yellowstone Volcano, Dr. Michael Poland, sesaat sebelum letusan terjadi, tanah di sekitar Taman Nasional Yellowstone akan sedikit naik.

Sistem hidrotermal, termasuk geyser dan kolam panas Bumi, akan cepat memanas hingga suhu di atas mendidik, dan kemungkinan menjadi sangat asam.

Sekelompok gempa bumi akan terjadi. Terutama di daerah dekat titi sentral. Lalu magma meningkat dengan cepat melalui kerak Bumi.

Dan letusan pun dimulai.

Yellowstone.

Abu dan lahar akan menembak ke atas sampai ketinggian sekitar 25 kilometer (16 mil). Ia bisa bertahan selama berhari-hari.

Campuran abu, lahar, dan gas super panas atau bisa disebut aliran piroklastik akan melebihi suhu 1.000 derajat Celcius dan dapat bergerak dengan kecepatan hingga 482 kilometer per jam.

Jika aliran piroklastik mengenai siapa pun, mereka akan mati dalam hitungan detik.

(Baca juga:7 Negara yang Paling Berisiko Alami Letusan Gunung Berapi, Ternyata Indonesia Jadi Nomor 1)

Secara umum, aliran piroklastik bisa menempuh jarak hingga 15 kilometer dari sumbernya. Namun secara teroritis dapat mencapai 100 kilometer.

Rata-rata, ada sekitar 11.000 pengujung di sana dalam satu waktu, berdasarkan jumlah pengunjung tahunan sebesar 3,8 juta.

Selain itu, jumlah pengujung di bulan-bulan musim panas lebih banyak, jadi letusan di musim panas bisa memakan banyak korban.

Ketika aliran piroklastik mendingin, mereka mungkin tampak tidak berbahaya, tapi nyatanya tidak.

Jika hujan lebat terjadi setelah letusan, maka ini bisa bercampur dengan lumpur dan berubah menjadi slur yang cepat bergerak seperti semen yang disebut lahar.

Jika kita terjebak, ada kemungkinan kita akan mati.

Inilah yang kira-kira akan terjadi pada Amerika Serikat dan Bumi kita tercinta ini:

Dari semua aspek yang berbahaya dari letusan, kejatuhan abu adalah aspek paling berbahaya.

Abu itu sekitar enam kali lebih padat daripada air, yang berarti banyak bangunan akan runtuh jika abu terakumulasi di atas atap rumah.

Butuh waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun untuk membantu membersihkannya.

(Baca juga:Gunung Agung, 'Ring of Fire', dan 'Keakraban' Indonesia dengan Letusan Gunung Berapi)

Yellowstone.

Kota-kota seperti San Francisco, Los Angeles, Seattle, dan Chicago akan menerima abu setebal 3 cm.

Sementara Miami, New York, dan Toronto akan menerimanya dalam beberapa hari. Tapi masih cukup membuat kendaraan rusak dan air menjadi tidak bergerak.

Penerbangan akan dialihkan atau mungkin dibatalkan. Setidaknya untuk beberapa minggu. Garda Nasional dan militer akan dirancang untuk mengevakuasi puluhan juta warga.

Yellowstone.

Sementara abu yang terbang ke stratosfer akan menyebabkan kegelapan di langit dan mendinginkan daerah, jika tidak mengalirkan udara.

Bahan letusan, terutama belerang, akan menghambat sinar matahari dansuhu akan turun beberapa derajat.

“Kemungkinan ada pendinginan yang signifikan. Entah dalam waktu berapa lama,” jelas Poland dilansir iflscience.com.

Masalah lain adalah pertanian akan bermasalah dan pada akhirnya mengganggu pasokan makanan.

Jika terjadi dalam waktu lama, masalah ini akan mengganggu ekonomi dunia.

BACA JUGA:Potret Pendidikan di Finlandia: Waktu Belajar Hanya 3 Jam, Tak Ada PR dan Ujian, tapi Jadi yang Terbaik di Dunia

BACA JUGA:10 Gempa Bumi Terdahsyat yang Pernah Terjadi dalam Sejarah Peradaban Manusia, Dua Terjadi di Indonesia

Artikel Terkait