Mengingat kembali salah satu kisah pembunuhan berantai paling kelam di Indonesia yang dilakukan olehVery Idham Henyansyah alias Ryan Jombang. Tak hanya motif asmara.
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Siapa sangka di balik penampilannya yang santun dan kemayu, Ryan ternyata pelaku pembunuhan berantai. Bagaimana dan "siapa" sebenarnya sosok lelaki kelahiran Jombang, 1 Februari 1978, itu?
Penampilan memang tak selalu bisa diidentikkan dengan perbuatan. Salah satunya, Very Idham Henyansyah atau biasa disapa Ryan. Nama pria yang tinggal di Desa Jatiwates, Tembelang, Jombang, Jawa Timur, ini pernah ngetop jadi headline berbagai media massa. Perkembangan terakhir, Ryan diketahui telah menghabisi nyawa 11 orang.
Terungkapnya perbuatan Ryan menggegerkan banyak pihak. Teman, tetangga bahkan keluarga tak percaya dengan apa yang dilakukan lelaki yang mengaku punya orientasi seksual lain tersebut. Selama ini sosok Ryan dikenal lemah lembut dan kemayu.
"Coba tanya orang yang ada di kampung sini semua, pasti tidak menyangka kalau Yansyah (panggilan Ryan di kampungnya, Red) berbuat seperti itu," kata Solikan sepupu Ryan yang tempat tinggalnya tak jauh dari rumah Ryan, ketika diwawancarai Tabloid Nova pada pertengahan 2008 lalu.
Marah jika ditegur
Menurut Solikan, semua orang yang ada di desa tersebut sudah mafhum, sejak kecil perilaku Ryan tidak seperti anak lelaki pada umumnya. Sifat kemayunya jauh lebih menonjol.
"Dia juga suka mendandani anak-anak perempuan. Hobi mendandani itu berlangsung sampai sekarang. Kalau ada acara kegiatan anak-anak, dia pasti yang me-make up," tambah bapak dua anak itu. Selain merias, sejak duduk di SMP Negeri 1 Tembelang Ryan hobi menari serta dunia fashion.
Lucunya kalau melihat anak perempuan, lanjutnya, meski secantik apa pun pasti dikatakan jelek. Sebaliknya kalau melihat anak lelaki seringkali memuji. "Saya sampai pernah meledek dia, kamu itu lihat dari mana kok anak secantik itu kamu bilang jelek," ujar mantan kepala dusun itu sambil tertawa.
Kendati demikian Solikan mengaku bahwa sosok sepupunya tersebut sangat tertutup.Termasuk pada dirinya dan keluarga. Saking tertutupnya, nyaris tak ada komunikasi dengan bapak dan ibunya. Solikan cerita, kalau di rumah Ryan selalu mengunci diri dalam kamar, dan kalau ditanya atau ditegur biasanya dia marah.
Yang pasti, keseharian bungsu dari dua bersaudara ini terlihat sangat sibuk dengan aktivitas di luar. Bahkan sekitar tiga bulan terakhir ini dia tidak pernah melihat Ryan di rumah. Soal teman lelaki, "Saya pernah lihat sekali dia bawa teman lelaki ke rumah. Tapi belum saya tanya, dia sudah keluar dengan mobil yang dikendarai teman itu,” katanya.
Solikan juga tak habis pikir, kapan kira-kira Ryan melakukan pembunuhan kemudian menanam jenazah di belakang rumahnya. Toh hampir setiap hari kedua orangtuanya berada di rumah.
"Tapi memang setiap pagi hingga sore ibunda Ryan, Siyatun, pergi keliling kampung menjaja kreditan pakaian dan kain. Sementara ayahnya, Achmad, sejak pensiun sebagai satpam pabrik gula setahun lalu sering mencari rumput untuk pakan kambing peliharaannya," katanya.
Mengajar ngaji
Lantas bagaimana sosok Ryan di mata teman dan tetangga? Tak ada yang tahu persis. Baik Ryan maupun keluarganya sangat tertutup terhadap warga setempat. "Saya saja tak pernah kok menginjak pelataran rumahnya," ucap Warsito, tetangga yang rumahnya berhadapan dengan rumah Ryan.
Selama ini, lanjut Warsito, Ryan dan keluarganya tidak pernah bersosialisasi dengan warga setempat. "Jadi kita juga tidak mau tahu dengan keluarganya. Hanya sesekali saja nyapa Ryan kalau pas berpapasan di jalan," katanya.
Hal senada diungkapkan pasangan suami istri Nurhasanah dan Susanto, teman sesama guru mengaji Ryan di masjid desa setempat. "Yansyah itu orangnya pendiam sekali. Dia tidak pernah ngobrol atau guyon. Tapi perilakunya santun," imbuh Nurhasanah seraya mengatakan sejak Maret 2008 Ryan sudah tidak aktif mengajar mengaji lagi.
Susanto bercerita, Ryan mulai mengajar anak-anak mengaji sejak tahun 2000. Setiap hari datang menjelang salat Ashar lalu satu jam kemudian setelah mengajar anak-anak, dia langsung bergegas pulang. "Karena pendiam itu saya sungkan mau ajak bicara," ceritanya.
Anehnya, hal berbeda ditunjukkan Ryan ketika bergaul dengan warga di luar desanya. Wiyono (32), tetangga Ryan, seringkali melihat ketika Ryan main ke desa tetangga dia berubah jadi gemar bicara dan supel.
Kilas balik kasus Ryan Jombang
Pada 2008 lalu, publik dihebohkan dengan sebuah pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Very Idham Henyansyah alias Ryan Jombang. Dia ditangkap di Pesona Khayangan, Depok, Jawa Barat pada 2008, setelah tujuh potongan tubuh pria bernama Heri ditemukan di dekat Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Selatan.
Heri ternyata bukan satu-satunya korban Ryan. Ada sepuluh nyawa lainnya, di mana mereka terkubur di halaman belakang rumah Ryan di Jombang, Jawa Timur.
Menurut catatan Kompas.com, kasus pembunuhan Ryan Jombang pertama kali terungkap ke publik pada 12 Juli 2008. Ketika itu mayat seorang manajer perusahaan swasta di Jakarta bernama Heri Santoso (40) ditemukan di dekat Kebun Binatang, Jakarta Selatan.
Ryan membunuh Heri karena dia cemburu dengan korban. Perasaan ini muncul karena korban tertarik dengan Noval yang merupakan kekasih Ryan.
Ryan yang gelap mata kemudian membunuh Heri di apartemen korban di Margonda Residence. ATM milik Heri lalu dibawa kabur oleh Ryan untuk berfoya-foya. Jejak Ryan terendus karena wajahnya terekam ketika mengambil uang dari ATM milik Heri.
Setelah jasad Heri ditemukan, muncul lagi laporan bahwa ada warga yang kehilangan anggota keluarganya. Warga tersebut mengaku anggota keluarganya mempunyai hubungan yang dekat dengan Ryan.
Setelah diringkus, Ryan mengaku bahwa dia tidak hanya membunuh Heri. Ada 10 orang lain yang juga dihabisi nyawanya oleh Ryan di Jombang.
Dari sinilah julukan Ryan Jombang berasal. Polisi yang mengumpulkan keterangan dari Ryan menemukan empat kerangka manusia di bekas kolam ikan di belakang rumah orangtua pelaku di Jombang, Jawa Timur.
Tak hanya itu, polisi juga menemukan enam korban lainnya yang dikuburkan di halaman belakang. Total jenderal, jasad yang merupakan korban pembunuhan Ryan berjumlah 11 orang. Salah satu korban pembunuhan Ryan adalah anak berusia tiga tahun bernama Sylvia Ramadani Putri.
Sebelum menghabisi nyawa 11 orang, Ryan ternyata nyaris membunuh ibunya sendiri. Menurut Kompas.com, kejadian tersebut terjadi sekitar 1995 ketika Ryan duduk di kelas III SMP Tembelang, Jombang.
Ibu Ryan, Kasiatun (55), mengaku bahwa buah hatinya pernah melontarkan ancaman pembunuhan. Kasiatun juga pernah dikejar-kejar oleh Ryan yang memegang pisau.
Soal hubungan sesama jenis yang dilakukan Ryan dengan pria lain, Kasiatun mengaku orientasi seksual anaknya mulai berubah sejak 1990-an saat duduk di kelas III SMP. Perubahan tersebut terjadi setelah Ryan menjalani perawatan di RS Gatoel, Mojokerto, selama dua minggu.
Setelah sembuh, Kasiatun mengatakan muncul aura keperempuanan dari diri Ryan. "Saya menyesal sekaligus minta maaf kepada keluarga korban dan masyarakat," ujarnya pada 2008 silam.
Lebih lanjut, Kasiatun bersama suaminya juga menuturkan bahwa dia tidak mengetahui sama sekali bila Ryan melakukan pembunuhan di rumah mereka. Kasiatun menduga, Ryan mengajak orang lain ke rumah ketika dirinya bersama suami keluar rumah.
"Biasanya pada hari Ahad saya dan suami pergi ke Sidoarjo," ungkap Kasiatun. "Kalau saya mengetahui tentu saya tidak berani masuk rumah," imbuhnya.
Pembunuhan yang dilakukan Ryan terhadap Heri memang didasari karena rasa cemburu akibat hubungan sesama jenis. Namun, korban lain yang turut dihabisi nyawanya oleh Ryan tidak terkait dengan hal tersebut.
Ryan membunuh korban lainnya karena motif ekonomi. Dilansir dari Kompas.com, Jumat (16/12/1999), Ryan melakukan aksi pembunuhan pada 2006-2008. Ryan awalnya mengajak korban ke rumah orangtuanya. Setelah itu, mereka dibantai dan dirampas barang berharganya.
Atas perbuatannya, Ryan dijatuhi hukuman mati oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Depok pada tanggal 6 April 2009. Ryan sempat mengajukan banding dan kasasi namun semuanya ditolak.