Pendeta perempuan itu, sambil mengulurkan kedua tangannya, berkata kepada Bock, bahwa telapak tangan menjadi bagian terbaik untuk dimakan.
Kemudian dia juga menunjuk lutut dan dahi, sambil berkata dengan bahasa Melayu, “bai… bai” (baik) demikian menurut Bock.
“Dia juga menunjukkan bahwa otak dan daging lutut merupakan hidangan lezat bagi sukunya.
Seorang kepala suku Dayak kanibal menyambangi tempat menginap Bock, namanya Sibau Mobang, yang datang bersama pendampingnya, seorang perempuan dan dua lelaki.
“Saat dia memasuki rumah panggung saya,” demikian tulis Bock.
“Dia berdiri beberapa saat, tanpa bergerak atau pun berkata, memandangi saya dengan tatapan dalam sementara saya sedang berpura-pura tidak mengamatinya. Lalu, dia duduk dengan pelan sekitar dua meter dari kaki saya.”
Menurut Bock, dari perawakan tubuhnya, Sibau terlihat berusia sekitar 50-an, dengan mulut ompong dan kempot, kulitnya cokelat kekuningan, dan agak sakit-sakitan.
Sebaris rambut kaku menghias kumis dan dagunya, dengan kuping yang menjuntai dan ditindik dengan lubang besar.
Penampilan pria itu semakin menambah kesan angker pada dirinya.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR