Paduan Jelaga dan Duri Pohon Jeruk

Agus Surono

Editor

Paduan Jelaga dan Duri Pohon Jeruk
Paduan Jelaga dan Duri Pohon Jeruk

Intisari-Online.com -Zaman dahulu, tato Dayak dibuat dengan memanfaatkan sumber daya sekitar. Sebagai pewarna, jelaga dari lampu pelita (lampu teplok) atau arang periuk serta kuali, dikumpulkan dan dicampur dengan gula. Bahan-bahan ini diaduk sedemikian rupa.

Lalu alat apa yang digunakan untuk merajahnya? Duri pohon jeruk! Ya, si tukang tato akan memilih duri pohon jeruk terbaik, yang ukurannya cukup panjang dan tingkat ketajamannya memadai. Duri bisa digunakan langsung atau dijepitkan ke setangkai kayu untuk pegangan sehingga menyerupai palu. Nah, duri pohon jeruk itu dicelupkan pada “tinta” berbahan jelaga dan gula, kemudian mulailah si tukang tato merajah dengan menusukkan duri ke kulit sesuai motif yang diinginkan.

Bisa dibayangkan, tertusuk duri pohon jeruk tanpa sengaja saja sudah sakit. Bagaimana jika sengaja ditusuk dengan jumlah tusukan yang sangat banyak? Jika motifnya rumit, proses perajahan bisa memakan waktu seharian. Bekas tusukan di kulit mengeluarkan darah, bengkak, dan bisa menyebabkan demam 1 hingga 2 hari!

Siapa yang menjadi sangtukangtato? Biasanya, seorang abang akan menjadi tukang tato bagi adiknya, dibantu teman-temannya. Mereka yang menjadi penatosebelumnyasudah mengalami proses yang cukup berat ini.

Dalam perkembangannya, pembuatan tato tradisional juga menggunakan jarum. Bahan yang semula jelaga juga mulai berubah seiring tersedianya berbagai alternatif seperti tintacina.Tintacina sebagai bahan warna tato terdiri atas dua bentuk: batu arang dan cair. Jika berupa batu arang, sebelum digunakan harus digosok terlebih dahulu dan dicampur air.

Mudah sekali membedakan tato tradisional dari masa laludantato kreasi peralatan modern. Tato tradisional hanya memiliki satu warna, yakni hitam kebiru-biruan dengan wujud yang khas buatan tangan. Sedangkan tato zaman modern sudah jauh lebih rapidan warna-warniberkat peralatan mesindan tintanya.

Dalam hal motif, tato tradisional penuh simbol dan filosofi. Mitologi Dayak dalam sketsa menampilkan sosok-sosok mahluk hidup dalam bentuk abstrak, sehingga sepintas tidak terlalu mudah dipahami. Penempatan suatu motif di suatu bagian tubuh, juga memiliki makna tersendiri.Sebab bagi orang Dayak, tato lebih dari sekadar gaya hidup. Tato di tubuh bisa menjelaskan beberapa hal: bagian dari tradisi religi, status sosial, penghargaan terhadap kemampuan,ahli pengobatan, atau menandakan seseorang sering mengembara.