“Matanya mengekspresikan tatapan mata binatang buas,” ungkap Bock yang mencoba melukiskan sosok lelaki itu, “dan di sekitar matanya tampak garis-garis gelap, seperti bayang-bayang kejahatan.”
Tetapi rupanya lengan kanannya yang berhias gelang logam itu kondisinya lumpuh, ungkap Bock.
“Untuk alasan itulah dia menempatkan senjata mandaunya di sisi kanan, dan selama beberapa tahun telah banyak korban dijatuhkan oleh bedebah yang haus darah ini dengan tebasan tangan kirinya.”
Kepada Bock, pria kepala suku itu mengatakan bahwa sukunya tidak makan orang setiap hari.
Mereka juga makan daging dari berbagai satwa, nasi, serta buah-buahan luar.
Tetapi, menurut sang kepala suku, sudah setahun ini mereka tidak makan nasi karena gagal panen.
Di tengah kesibukannya melukis Sibau, Bock kemudian ingat, sehingga dia buru-buru menyajikan seketel nasi yang baru saja dimasaknya kepada mereka.
Hanya dengan taburan garam, mereka menyantap nasi pulen itu.
Atas kesediaan orang Dayak yang dilukisnya, Bock memberikan bingkisan berupa uang dua dolar pada setiap orang yang dilukisnya.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR