Secara pribadi saya kira pemecahan seperti itu tidak mungkin. Deklarasi Hitler mengenai orang Rusia tidak memberi harapan seperti itu.
Kami kini menunggu kembalinya Krebs. Untuk mengisi waktu kami membuat rencana dan mencari jawaban pada pertanyaan: Bagaimana nasib kita setelah Hitler tidak ada.
Tiba-tiba saya teringat sesuatu yang tidak pernah kita singgung sebelumnya. Ketika Hitler masih hidup kami semua bertekad untuk mati bersama dia kalau perlu. Tetapi sekarang kemungkinan itu tidak disinggung lagi.
Bormann seperti mau mengulur waktu dan Goebbels sebaliknya tidak memberi kuasa kepada Jenderal Krebs untuk menerima penyerahan tanpa syarat.
Bukan pada hari itu Dr. Joseph Goebbels mengambil keputusan untuk mengakhiri hidupnya di Berlin bersama isterinya. Setelah kejadian pada hari-hari terakhir, bagi kami tidak ada harapan lagi.
Namun sekretaris wanita dan pembantu rumah tangga waktu itu memberi reaksi berbeda. Mereka sedih kalau mengingat ide bahwa Goebbels bermaksud untuk membunuh juga ke enam anaknya yang mungil. Dr. Stumpfegger, dokter Hitler, mendapat tugas itu.
Permintaan kaum wanita dan beberapa anggota personal yang menyarankan anak-anak itu akan dididik oleh mereka, ditolak oleh keluarga Goebbels.
Nama anak-anak itu Helga, Holde, Hilde, Heide, Hedda dan Helmut.
Pikiran saya melantur ke isteri dan anak-anak saya yang sudah relatif aman. Pukul 6 sore Ny. Goebbels meminta saya dengan suara gemetar untuk ikut dia ke dalam bekas bunker Fuehrer di mana disiapkan kamar untuk anak-anaknya.
Sampai di situ ia duduk di kursi dekat pintu. Ia tidak masuk kamar dan sangat nerveus sampai pintu dibuka. Dr. Stumpfegger keluar. Mereka saling memandang.
Ny. Goebbels berdiri, gemetar tanpa mengatakan sepatah kata. Dokter kelihatan terharu, lalu Ny. Goebbels jatuh pingsan.
Anak-anak sudah mati di ranjangnya, diracuni asam cyanida. Dua pria dari komando yang berada tidak jauh dari pintu masuk mengangkat Ny. Goebbels ke kamarnya dalam bunker.
Dua setengah jam kemudian, dia dan suaminya menyusul. Langkah terakhir telah dimulai.
Sekarang tinggal kesulitan bagaimana meninggalkan "citadelle" itu, nama sandi untuk gedung kanselir baru, nama yang terlalu jelas. Bormann memberitahu kepada jenderal Mohnke " yang paling tinggi dalam tingkatan" bahwa ia harus mengambil alih pimpinan operasi.
Jendral SS ini yang tidak disukai Bormann dan yang tidak setuju dengan komunikasi melalui telepon dengan orang Rusia, menerima missi itu terutamai mengenai ditel tertentu.
Jenderal Krebs dan Burgdorf mengatakan bahwa mereka akan bunuh diri. Ini baru dilakukan setelah menghabiskan beberapa botol alkohol.
Kami akan meninggalkan citadelle dalam 10 kelompok, kaum militer, wanita, sipil akan menuju perbatasan kota Berlin. Cukup jauh untuk naik kereta api di bawah tanah.
Mohnke menganjurkan agar Bormann ikut, tetapi "pimpinan negara" dan "menteri partai" rupanya tidak mempunyai keberanian untuk berbuat demikian.
Ia menyuruh sekretarisnya Else Krueger berangkat dengan kelompok Mohnke dan mengatakan: Saya akan ikut kelompok ke tiga bersama Stumpfegger, Baur dan Naumann.
Admiral Doenitz, presiden baru
Ia mencoba untuk melintasi garis Rusia bersama dokter Hitler, pilot pribadinya. Sekretaris negara Werner Naumann yang, karena pengalaman militernya ditunjuk sebagai kepala kelompok.
Rupanya ia mengambil keputusan untuk kabur dengan Naumann karena yang terakhir ini dalam testamen Hitler ditunjuk sebagai menteri propaganda dalam kabinet baru.
Kalau pertemuan dengan presiden baru yang ditunjuk Fuehrer, Admiral Doenitz (tidak suka dengan Bormann), Naumann bisa membantunya.
Saya sekelompok dengan Erich Kempka. Dengan berseragam, kami keluar melalui jendela ruangan bawah gedung kanselir.
Lalu lewat Friedrichstrasse, di bawah hujan tembakan, kami sampai ke setasiun di jalan yang sama. Kami melihat beberapa panser bertempur dengan orang Rusia.
Pukul 12 tengah malam, kami bertemu dengan Dr. Stumpfegger, Baur dan Bormann yang harus memutar jauh dan kini kami berada dekat pertahanan anti tank yang memisahkan kami dari tentara Rusia.
Tiga panser Jerman dan tiga kendaraan pelindung berdatangan. Bormann mengambil keputusan untuk melintasi garis pertahanan Rusia.
Kempka meloncat ke depan tank untuk menghentikannya. Dilindungi tank menuju ke arah garis pertahanan anti tank, Bormann, Naumann dan Stumpfegger maju.
Saya memperhatikan adegan itu dengan cermat. Panser itu bertabrakan dengan sebuah Howitzer anti tank dan mereka yang berada di dalamnya ikut meledak.
Saya tidak pernah bertemu dengan Stumpfegger dan Bormann lagi sehingga saya mengambil kesimpulan bahwa mereka meninggal. Hal itu saya ulangi kepada orang Rusia ketika saya diinterogasi terus menerus.
Karena yakin tidak bisa selamat, kami mengambil keputusan untuk mengikuti rute kami melalui terowongan metro sampai ke Seestrasse.
Kami sekarang terdiri antara 15 sampai 20 pria, karena beberapa hilang di perjalanan. Pada suatu ketika saya cuma berdua dengan orang dari komando perlindungan.
Melalui saluran ventilasi terowongan saya mendengar suara gemuruh panser.
Ada orang berteriak: Panser Jerman maju. Naik kamrad. Saya menengok ke pintu. Saya melihat seorang Jerman yang melihat saya dan memberi tanda dengan tangannya.
Saya baru meninggalkan tempat persembunyian ketika saya sudah dikelilingi tank dan serdadu Rusia. Serdadu Jerman itu ternyata dari komite yang didirikan setelah pertempuran Stalingrad di bawah nama "Komite nasional Jerman Bebas". Saya menjadi tawanan.
Mula-mula tidak terjadi apa-apa. Biarpun dari seragam saya orang tidak bisa salah terka, orang tidak mengacuhkan saya. Orang sipil Jerman lewat dan berbicara dengan kami kalau mungkin.
Kepada seorang wanita yang mendekati saya untuk berbicara, saya serahkan arloji yang pernah diberi Hitler sebagai kenang-kenangan pribadi.
Kepada wanita itu saya mengatakan siapa saya dan menyerahkan suvenir itu dengan janji akan dikembalikan semua kalau semua usai. Saya tidak pernah bertemu lagi dengan wanita tersebut.
Tiba-tiba seorang kopral Rusia berdiri di depan saya dan berkata: "Kamrad, tidak baik mengenakan seragam dengan burung di lengan" (emblim elang nasional sosialis) "Tidak baik, lepaskan saja".
Pikir saya: "Orang Rusia toh tidak seburuk yang digambarkan Fuehrer kepada kami. Sebaliknya, ia menawarkan rokok dan tembakau dan membiarkan saya membawa kedua pistolet yang ada insinye SS-riya. Ini sangat mengherankan saya.
Setelah beberapa hari jalan dengan pengawalan tentara Rusia kami sampai di Posen. Mula-mula saya menyembunyikan siapa saya dan apa fungsi saya bagi Hitler.
Orang Rusia mengetahuinya dari Baur, yang menyebut saya sebagai saksi karena mereka tidak mau percaya, bahwa biarpun pangkatnya jenderal ia penerbang Hitler!
Dengan demikian mulailah interogasi tanpa akhir dengan pertanyaan-pertanyaan yang stereotipe seakan-akan ingin memaksa saya mengatakan bahwa Hitler masih hidup.
Saya dipukuli dengan cemeti
Penegasan saya berulang-ulang kali bahwa saya telah mengeluarkan Hitler dari kamarnya dalam keadaan mati sebelum dibakar dianggap sebagai suatu versi yang diatur Fuehrer untuk menutupi kebenaran dan untuk melindunginya.
Karena saya tidak bisa mengatakan apa yang diharapkan oleh para pemeriksa saya sering dipukuli dengan cemeti. Saya harus menanggalkan semua pakaian, lalu disuruh telungkup atas "kuda-kuda".
Mereka mengancam akan terus memukul saya, kalau tidak mau mengatakan kebenaran. Bugil dan tak berdaya saya tidak bisa lain dari mengulangi apa yang telah saya katakan:
Adolf Hitler bunuh diri 30 April 1945 dan saya telah membakar mayatnya. Salah seorang (komisaris) pemeriksa kemudian memerintahkan kepada seorang letnan tegap yang membawa cemeti untuk memukul beberapa kali.
Ketika saya menggeram kesakitan ia berkata dengan sinis: “Itulah. Anda tahu cara ini lebih baik dari kami. Kami belajar dari SS dan Gestapo kalian".
Saya tetap pada apa yang pernah saya katakan. Interogasi dihentikan sejenak dan saya disuruh ke ruangan yang bebas dari hiruk pikuk di mana tujuh entah delapan komisaris lain sudah menunggu saya.
Upacara yang sama dimulai dan saya tetap pada pendiriari saya. Ketika salah seorang Rusia berteriak dengan suara monoton: "Hitler hidup, Hitler hidup. Katakan yang benar," saya dicemeti sampai darah bercucuran. Saya berteriak sampai tidak bisa lagi.
Karena mereka - sudah lelah, algojo-algoojo saya membiarkan saya pergi. Saya boleh mengenakan pakaian lagi. Sampai di sel saya langsung pingsan. Interogasi seperti itu berlangsung lama dan sampai sekarang saya masih kaget dalam tidur, kalau teringat.
Kira-kira setahun setelah perang usai, saya diangkut dengan kereta api yang jendelanya berjeruji. Saya dibawa ke Berlin. Di situ saya masuk sel lagi. Apa yang diinginkan orang Rusia dari saya, sekarang saya baru tahu.
Saya harus menunjukkan dengan tepat di mana Hitler bunuh diri. Saya diajak ke gedung kanselir di mana saya dihadapkan pada sederet komisaris yang berkumpul sekeliling marsekal Sokolovski.
Saya menunjukkan dipan di mana Hitler membunuh diri. Benda itu masih tetap di tempat, tetapi sudah tak keruan karena diaduk-aduk orang yang mencari “tempat-tempat bersembunyi".
Kami harus mengumpulkan ingatan kami
Setelah suatu interogasi relatif singkat, saya dibawa ke penjara lagi di mana dimulai suatu seri penyidikan gaya lain dari waktu di Moskwa.
Seorang penterjemah dengan sopan mengajukan pertanyaan dan saya menjawab dengan gaya yang sama. Yang jelas ialah bahwa orang Rusia tidak percaya pada ucapan saya.
Sampai tahun 1950 mereka masih ragu apakah Hitler benar mati. Pertanyaan stereotip yang diulang-ulangi: "Seberapa jauh genangan darah dari mayat? Di mana pistolet Hitler? Senjata yang mana dari kedua senjata ini yang digunakan? Di mana ia duduk dan dalam posisi bagaimana?"
Kembali ke Moskwa saya untuk pertama kali bertemu dengan Otto Guensche. Kami dipindahkan ke rumah sakit militer di mana kami "didandani".
Mungkin untuk dipamerkan kepada umum pikir kami. Ternyata benar. Pada suatu hari pintu penjara dibuka dan kami dibawa ke sebuah villa di Moskwa yang dihuni janda seorang jenderal.
Kami mendapat perintah untuk mengumpulkan semua "ingatan" kami. Orang Rusia ingin mendapat naskah yang membuktikan bahwa Hitler mengambil keputusan untuk mengibuli orang Rusia dan kalau perlu, kekuasaan barat.
Guensche dan saya, katanya, harus tahu lebih daripada apa yang ada dalam dokumen resmi.
Kami berdua tidak menulis lebih daripada apa yang diketahui mereka. Aktivitas sejarah kami berhenti waktu orang Rusia mendapat kenyataan kami tidak bisa mengatakan lebih banyak lagi mengenai perundingan antara Hitler dan Molotov daripada yang benar terjadi.
Kami dikirim ke kamp sebagai tawanan perang baru. Di sana ternyata sudah ada 42 jenderal. Keadaan baik.
Namun para jenderal segera dikirim kembali ke Jerman, sedangkan Guensche dan saya dihadapkan pada suatu pengadilan dan dijatuhi hukuman 25 tahun kerja paksa.
Seorang penterjemah mengatakan bahwa saya dituduh "membantu Hitler mengambil kekuasaan" padahal saya tahu maksud kriminalnya.
Karena bantuan itu saya dianggap ikut bertanggung jawab. Ketika saya bungkam sebab kaget, hal itu dianggap sebagai suatu pembenaran.
Kami berdua dijatuhi hukuman masing-masing 25 tahun. Seorang Rusia ingin membesarkan hati saya. Ia menepuk pundak saya dan berkata: "Kamrad, 25 tahun tidak terlalu banyak. Hukuman itu bisa lebih berat lagi. Kau akan segera betah".
Saya tidak percaya. Sepuluh tahun setelah kematian Hitler, saya kembali dengan gerbong kereta api menuju ke Jerman.
Saya telah mengabdi kepada Hitler sampai akhir dan tahun 1955 orang Rusia menganggap tebusannya sudah cukup. (Eugene Silianoff — Paris Match. "Bis zum Untergang" Heinz Linge)
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Oktober 1980)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR