Dahulu Dengan Masa Pencerahan: Pergeseran Pandangan Agama dan Tradisi di Nusantara

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Penulis

Ilustrasi - Dahulu sebelum pengaruh “masa pencerahan religi” di Eropa melanda nusantara, masyarakat tidak pernah memikirkan konsep agama sebagai hal yang berbeda dengan tradisi budaya.
Ilustrasi - Dahulu sebelum pengaruh “masa pencerahan religi” di Eropa melanda nusantara, masyarakat tidak pernah memikirkan konsep agama sebagai hal yang berbeda dengan tradisi budaya.

Intisari-online.com -Sebelum pengaruh "masa pencerahan religi" di Eropa melanda nusantara, masyarakat tidak pernah memikirkan konsep agama sebagai hal yang berbeda dengan tradisi budaya.

Kepercayaan dan ritual agama terjalin erat dengan adat istiadat lokal, menciptakan kesatuan yang tidak terpisahkan.

Bagi mereka, agama dan tradisi merupakan dua sisi mata uang yang sama, sama-sama penting dalam menjaga keseimbangan kehidupan.

Namun, kedatangan penjajah kolonial membawa perubahan drastis.

Pemerintah kolonial, yang terpengaruh oleh nilai-nilai Pencerahan di Eropa, merasa perlu menanamkan perbedaan antara kaum agama (religius) dengan masyarakat adat (yang konsisten dengan adat istiadat lokal).

Dahulu sebelum pengaruh “masa pencerahan religi” di Eropa melanda nusantara, masyarakat tidak pernah memikirkan konsep agama sebagai hal yang berbeda dengan tradisi budaya.

Mengapa pemerintah kolonial merasa perlu menanamkan perbedaan antara kaum agama (religius) dengan masyarakat adat (yang konsisten dengan adat istiadat lokal)?

Hal ini didasari oleh beberapa alasan:

1. Kontrol dan Hegemoni:

Pemerintah kolonial melihat agama sebagai alat untuk mengontrol dan mendisiplinkan rakyat.

Dengan memisahkan agama dari tradisi, mereka dapat lebih mudah menyebarkan ajaran agama mereka dan menanamkan nilai-nilai yang sesuai dengan kepentingan mereka.

Baca Juga: Konsep Apa Saja yang Terdapat Dalam Kepercayaan Sehingga Disebut Agama Oleh Ahli Antropologi?

2. Polarisasi dan Perpecahan:

Pemerintah kolonial juga melihat potensi agama untuk memecah belah masyarakat.

Dengan menciptakan perbedaan antara kaum agama dan masyarakat adat, mereka dapat melemahkan persatuan dan perlawanan rakyat terhadap kolonialisme.

3. Modernisasi dan "Peradaban":

Pemerintah kolonial memandang tradisi adat sebagai "kuno" dan "barbar".

Mereka ingin memodernisasi masyarakat nusantara dan membawa mereka ke "peradaban" yang lebih tinggi.

Bagi mereka, agama diidentikkan dengan kemajuan dan modernitas, sedangkan tradisi diidentikkan dengan keterbelakangan.

4. Legitimasi Kolonialisme:

Pemerintah kolonial seringkali menggunakan agama untuk melegitimasi penjajahan mereka.

Mereka berdalih bahwa mereka datang untuk membawa "terang" agama kepada masyarakat yang "terbelakang".

Perubahan pandangan ini memiliki dampak yang signifikan pada masyarakat nusantara.

Baca Juga: Menelusuri Jejak Kepercayaan Leluhur di Tengah Dominasi Budaya dan Agama Besar: Kisah Keteguhan Penduduk Jawa dan Sunda

Tradisi adat yang dulunya dihormati dan dipatuhi mulai dipertanyakan dan bahkan direndahkan.

Hal ini menyebabkan banyak konflik dan ketegangan antara kaum agama dan masyarakat adat.

Hingga saat ini, perdebatan tentang hubungan antara agama dan tradisi masih berlangsung.

Di satu sisi, ada yang berpendapat bahwa kedua hal ini harus dipisahkan untuk menghindari konflik.

Di sisi lain, ada yang berpendapat bahwa kedua hal ini saling melengkapi dan dapat hidup berdampingan secara harmonis.

Penting untuk diingat bahwa sejarah tidak pernah hitam putih.

Ada banyak faktor yang kompleks yang berkontribusi pada perubahan pandangan tentang agama dan tradisi di nusantara.

Memahami faktor-faktor ini dapat membantu kita untuk lebih memahami masa lalu dan membangun masa depan yang lebih inklusif dan toleran.

Demikian, dahulu sebelum pengaruh “masa pencerahan religi” di Eropa melanda nusantara, masyarakat tidak pernah memikirkan konsep agama sebagai hal yang berbeda dengan tradisi budaya.

Mengapa pemerintah kolonial merasa perlu menanamkan perbedaan antara kaum agama (religius) dengan masyarakat adat (yang konsisten dengan adat istiadat lokal)?

Baca Juga: Bukti Sejarah yang Menguatkan Bahwa Agama Buddha dengan Mudah Menyebar di Asia Tenggara, Khususnya Kamboja

Baca Juga: Seperti Apa Sejarah Perkembangan Agama Hindu di Indonesia?

Artikel Terkait