Intisari-online.com - Sepanjang sejarah, Pulau Jawa telah menjadi saksi bisu kebesaran kerajaan-kerajaan besar yang mewarnai corak budaya dan agama.
Hindu-Budha mendominasi era kerajaan kuna, sedangkan Islam menorehkan pengaruhnya di era kesultanan.
Di tengah dominasi tersebut, menarik untuk ditelisik bagaimana sebagian penduduk Jawa dan Sunda masih teguh memegang teguh warisan leluhur, yaitu agama dan kepercayaan asli mereka.
Kepercayaan ini memuliakan alam, leluhur, dan nilai-nilai spiritualitas yang telah diwariskan turun-temurun.
Meskipun terdesak oleh pengaruh agama-agama besar, komunitas pengikutnya tetap menjaga kelestarian tradisi dan ritual mereka.
Beberapa faktor menjelaskan mengapa kepercayaan asli ini masih bertahan hingga saat ini:
1. Kearifan Lokal dan Keharmonisan dengan Alam: Kepercayaan asli Jawa dan Sunda erat kaitannya dengan kearifan lokal dan kelestarian alam.
Nilai-nilai ini masih relevan dan penting bagi masyarakat, terutama di pedesaan, di mana kehidupan mereka erat kaitannya dengan alam.
2. Tradisi dan Ritual yang Kuat: Kepercayaan ini memiliki tradisi dan ritual yang kuat dan mengakar dalam budaya masyarakat.
Upacara adat, doa-doa, dan bentuk penghormatan kepada leluhur masih dilestarikan dan diwariskan kepada generasi muda.
Baca Juga: Gramedia Printing Cetak Lebih dari 2 Juta Buku untuk Sekolah di Daerah 3T
3. Komunitas dan Dukungan Sosial: Komunitas pengikut kepercayaan asli ini saling menguatkan dan mendukung satu sama lain. Rasa solidaritas dan kekeluargaan yang kuat membantu menjaga kelestarian tradisi dan nilai-nilai mereka.
4. Adaptasi dan Evolusi: Kepercayaan asli ini menunjukkan kemampuannya untuk beradaptasi dan berevolusi seiring waktu.
Beberapa komunitas menggabungkan unsur-unsur dari agama lain, menciptakan sinkretisme yang unik dan mencerminkan dinamika budaya.
Meskipun minoritas, keberadaan pengikut kepercayaan asli Jawa dan Sunda merupakan pengingat akan kekayaan budaya dan spiritualitas Indonesia.
Kegigihan mereka dalam menjaga warisan leluhur patut dihargai dan dilestarikan.
Dialog dan toleransi antarumat beragama menjadi kunci untuk menjaga harmoni dan saling menghormati dalam masyarakat yang majemuk.