Ayam Lodho Khas Trenggalek, dari Sakral Menjadi Kuliner Terkenal

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Ayam lodho Trenggalek, awalnya adalah hidangan ritual yang sifatnya sakral. Tapi kini sudah banyak dijumpai di restoran dan rumah makan (Wikipedia Commons)
Ayam lodho Trenggalek, awalnya adalah hidangan ritual yang sifatnya sakral. Tapi kini sudah banyak dijumpai di restoran dan rumah makan (Wikipedia Commons)

Ayam lodho Trenggalek, awalnya adalah hidangan ritual yang sifatnya sakral. Tapi kini sudah banyak dijumpai di restoran dan rumah makan.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -"Kuliner sakral menjadi umum itu sudah biasa, dari Serat Centhini kita bisa melihat masyarakt Jawa biasa menyajikan kuliner X atau Y tidak khusus untuk ritual saja, tapi fleksibel untuk menjamu tamu ... Yang paling penting, ritualnya tetap ada."

Begitulah yang disampaikan oleh dosen antropologi Universitas Brawijaya Malang, Ary Budiyanto, dalam webinar Adi Budaya On Air bertajuk "Ayam Lodho Dari Cita Raja Membangun Kisah" pada Rabu, 18 Juni 2025.

Selain menghadirkan Ary Budiyanto, webinar ini juga menghadirkan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Trenggalek Drs. Sunyoto dan pegiat ayam lodho Trenggalek Ayub Nualak.

Dalam pemapatannya, Sunyoto banyak menyinggung soal keberadaan ayam lodho sebagai bagian dari tradisi masyarakat Trenggalek dan wilayah Mataraman Jawa Timur seperti Kediri, Tulungagung, Ponorogo, dan lain sebagainya. Menurutnya, ayam lodho selalu ada dalam tiap ritual yang dilakukan oleh masyarakat Trenggalek.

"Kegiatan ritual itulah yang membuat ayam lodho masih terjaga hingga sekarang," ujarnya.

Beberapa upaya lain dilakukan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Trenggalek, di antarnya mendaftarkan ayam lodho sebagai warisan budaya tak benda khas Trenggalek pada 2016. Selain itu, pada 2020 Pemerintah Kabupaten Trenggalek juga melaksanakan kegiatan pemecahan rekor MURI ayam lodho terbanyak saat Larung Sembonyo di Pantai Prigi, Trenggalek.

Tak hanya itu, pemerintah Trenggalek juga mendorong masyarakat di Desa Kerjo, Kecamatan Karangan, untuk bisa membuat sajian lodho, yang kemudian dikenal sebagai Kampung Lodho. "Setiap ada tamu Kabupaten kami juga menyajikan ayam lodho sebagai menu utama, entah itu tamunya dari dalam negeri maupun dari luar negeri," ujar Sunyoto.

Terkait ayam lodho, Sunyoto juga menyinggung salah satu ritual setempat yang disebut sebagai kegiatan mbekok lodho. Berdasarkan penuturannya, mbekok lodho adalah kegiatan tasyakuran jika seseorang atau keluarga telah mencapai cita-cita atau keinginannya.

Sementara itu Ary Budiyanto lebih banyak melacak dari mana asal-usul ayam lodho yang menjadi kuliner khas masyarakat Trenggalek.

Menurutnya ada beberapa kuliner yang mirip dengan ayam lodho, di antaranya adalah pecel pithik yang juga punya status sebagai kuliner ritual. Untuk sampai ke pernyataan itu, tentu Ary harus membuka berbagai naskah Jawa klasik. Mulai dari Kakawin Ramayana, Babad Tanah Jawi, Babad Kartasura, hingga Serat Centhini.

Ayam lodho Trenggalek adalah kuliner yang biasanya ada untuk acara-acara ritual meskipun belakangan bisa dijumpai di restoran-restoran dan banyak rumah makan. Menurut Ary itu bukan persoalan, sebagaimana yang dia sampaikan dalam kutipan di atas tadi.

"Hidangan sakral kemudian mengalami proses profanisasi itu bukan hal yang baru, sudah biasa. Yang justru ditakutkan adalah hilangnya ritual, karena yang membaut sebuah kuliner menjadi sakral adalah ritusnya, bukan makanannya -- kecuali beberapa kasus seperti di Bali di mana ada hidangan yang memang khusus disajikan untuk para dewa," papar Ary.

Apa yang disampaikan oleh Ary kemudian diamini oleh Sunyoto. Dia percaya, selama ritusnya tetap ada, maka kuliner yang menyertainya akan tetap ada dan akan tetap punya nilai yang sakral.

Karena itulah, untuk menjaga supaya tradisi kuliner tetap ada, pertama-tama yang harus dilakukan adalah menjaga tradisi ritualnya tetap ada. "Tugas pemerintah adalah memelihara apa yang harus dipelihara ... yang penting ritusnya tetap ada," tutup Sunyoto.

Artikel Terkait