Saat itu saya melakukan sesuatu yang tidak pernah berani saya lakukan: Saya membantah.
"Fuehrer, saya telah mendampingi Anda di saat senang dan sukses. Saya akan tetap dengan Anda di hari-hari gelap".
Menikah sebelum mati
Hitler memandang saya dengan tenang lalu berkata: "Saya jarang menemukan orang seperti kau", lalu ia menambahkan, sambil tetap berdiri dekat mejanya:
"Saya juga mempunyai tugas pribadi yang akan saya serahkan kepadamu. Hari ini, saya akan memenuhi perintah yang selalu saya beri kepada komandan dari benteng yang terkepung: Tetap di tempat sampai mati. Perintah itu juga berlaku bagi saya. Saya menganggap diri saya sebagai komandan Berlin. Kau harus mengambil dua selimut wol dan bawalah ke kamar. Selimut itu harus mampu menyerap cukup banyak minyak untuk menyalakan dua tubuh. Saya akan bunuh diri sekarang bersama Eva Braun. Kau harus membalut kedua tubuh kami dengan selimut itu. Angkut ke atas lalu bakar di taman."
Mendengar pesan itu saya tertegun dan hanya bisa menjawab dengan menggagap: "Baik Fuehrer".
Saya tidak bisa mengatakan lebih dari satu katapun lagi.
Pernikahan dirayakan pada malatn 29-30 April di depan anggota dewan kotapraja Berlin, Wagner, yang dibawa ke gedung kanselir biarpun bom berjatuhan.
Upacara dilakukan di ruang main kartu di bunker pukul 1 pagi. Sebelumnya saya membayangkan "pernikahan" Fuchrer lain sama sekali. Sekarang kenyataannya jauh berbeda dari imajinasi.
Kami merupakan beberapa gelintir orang yang berada di situ untuk membantu. Semua sudah beres ketika Wagner muncul dengan seragam Volkstrum, anggota milisi dari pejuang-pejuang tua terakhir yang masih aktif.
Hitler telah memberi perintah agar ruangan yang biasa digunakan untuk konperensi operasi militer diatur sesuai untuk pernikahan.
Di samping sebuah meja ada empat kursi untuk Hitler, Eva Braun, dan dua saksi, Goebbels dan Martin Bormann. Dua orang terakhir ini mendapat kehormatan untuk hadir bersama beberapa "undangan" lain.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR