Jawabannya tegas: "Doktor, Anda tahu keputusan saya. Saya akan tetap di sini, tetapi Anda tentu bisa meninggalkan Berlin bersama keluarga."
Dengan berani Goebbels menjawab bahwa itu tidak akan terjadi. la akan tetap di Berlin bersama Fuehrer, tempat ia akan mati.
Hitler dan Goebbels saling memberi salam dan menuju kekamar diikuti saya. Tidak lama kemudian pamitan terakhir dilaksanakan.
Pertama dengan Hans Baur, penerbang Hitler, lalu dengan Otto Guensche, dua pria yang memasrahkan hidupnya secara-total.
Leher saya seperti tercekik karena saya segera harus melakukan tugas saya. Saya takut dan memalingkan muka saya dari orang yang selama itu selalu saya abdi dengan setia.
la tetap di situ, bungkuk dan rambut depannya seperti " biasanya menutupi keningnya. Hanya rambutnya sekarang sudah memutih. Ia memandang saya, dengan mata lelah, sebagai tanda bahwa ia sekarang akan mengundurkan diri.
Hari pukul 3 sore. Saya pamit dalam sikap resmi untuk terakhir kali. Dengan suara tenang, seakan-akan menyuruh saya ke kebun sebentar untuk mengambil sesuatu ia mengatakan:
"Linge saya akan bunuh diri sekarang. Kau tahu apa yang harus kaulakukan. Saya telah memberi perintah kepada yang lain untuk mencari jalan keluar bunker. Ikutilah salah satu kelompok itu untuk menuju ke barat."
“Mengapa kami harus berusaha untuk menyelamatkan diri?" tanya saya. Ia menjawab: "Untuk generasi yang akan datang.”
Saya menghentakkan sepatu. Hitler maju dua atau tiga langkah, ragu-ragu menuju saya, lalu memegang tangan saya.
Untuk terakhir kali dalam hidupnya ia memberi salam Jerman. Saya berdiri di situ sejenak, karena sangat terharu.
Saya berdiri tegap kembali, menutup pintu dan lari ke pintu keluar tempat perlindungan di mana masih ada komando yang bertugas melindungi Fuehrer.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR