Salah satu contohnya adalah perseteruan antara Jenderal Soemitro, yang menjabat sebagai Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib), dengan Jenderal Ali Moertopo, yang menjabat sebagai Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin) dan pendiri Centre for Strategic and International Studies (CSIS), sebuah lembaga pemikir yang berpengaruh.
Baca Juga: Beberapa Peristiwa Penting Yang Terjadi Saat Kedatangan Bangsa Belanda Di Indonesia
Kronologi Peristiwa Malari
Peristiwa Malari berlangsung selama dua hari, yaitu 15 dan 16 Januari 1974. Pada hari pertama, ribuan mahasiswa dan pelajar dari berbagai universitas dan sekolah melakukan demonstrasi damai di beberapa titik di Jakarta, seperti di depan Istana Negara, Kedutaan Besar Jepang, Bandara Halim Perdanakusuma, dan Universitas Trisakti.
Mereka membawa spanduk, poster, dan pamflet yang berisi tuntutan-tuntutan mereka, yang kemudian dikenal sebagai Tritura Baru 1974, yaitu:
- Bubarkan lembaga Asisten Pribadi Presiden (Aspri), yang dianggap sebagai alat kekuasaan Soeharto yang tidak bertanggung jawab dan tidak transparan.
- Turunkan harga-harga kebutuhan pokok, yang terus meningkat akibat inflasi dan ketergantungan pada impor.
- Ganyang korupsi, yang merajalela di kalangan pejabat dan pengusaha yang dekat dengan penguasa.
Selain itu, mereka juga mengecam kebijakan pemerintah yang pro-modal asing, terutama dari Jepang, dan menuntut agar pemerintah menghentikan segala bentuk kerjasama dengan Jepang.
Mereka juga mengancam akan membakar semua produk Jepang yang ada di Indonesia.
Pada hari kedua, demonstrasi yang awalnya berlangsung damai berubah menjadi kerusuhan dan kekerasan.
Sejumlah massa mulai melakukan pembakaran, penjarahan, dan perusakan terhadap berbagai fasilitas umum dan properti milik pemerintah maupun swasta, terutama yang berhubungan dengan Jepang.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR