Intisari-online.com - Pertempuran Laut Aru adalah salah satu pertempuran yang terjadi antara Indonesia dan Belanda pada tanggal 15 Januari 1962 di perairan Maluku.
Pertempuran ini merupakan bagian dari operasi Trikora yang bertujuan untuk membebaskan Irian Barat dari penjajahan Belanda.
Pada operasi ini, Indonesia mengerahkan empat kapal perang jenis Motor Torpedo Boat (MTB) tipe Jaguar, yaitu KRI Macan Tutul (650), KRI Macan Kumbang (653), dan KRI Harimau (654).
KRI Macan Tutul dipimpin oleh Komodor Yos Sudarso, seorang perwira angkatan laut yang bercita-cita menjadi prajurit sejak kecil.
Yos Sudarso lahir di Salatiga, Jawa Tengah, pada 24 November 1925.
Ia bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR) Laut pada tahun 1945, yang kemudian menjadi cikal-bakal TNI Angkatan Laut (TNI-AL).
Ia menempuh pendidikan militer di Sekolah Tinggi Pelayaran di Semarang dan Sekolah Angkatan Laut di Surabaya.
Juga pernah bertugas di kapal milik Jepang bernama Goo Osamu Butai sebagai perwira di bawah kapten.
Pada tanggal 9 Januari 1962, Ketiga kapal MTB berangkat dari Tanjung Priok menuju Irian Barat dengan misi melakukan infiltrasi dan sabotase terhadap instalasi militer Belanda.
Mereka berlayar dengan kecepatan rendah dan berhenti di beberapa pulau untuk mengisi bahan bakar dan menyembunyikan jejak.
Pada tanggal 15 Januari 1962, ketika mereka berada di Laut Aru, mereka mendeteksi adanya kapal-kapal perang Belanda yang sedang berpatroli.
Baca Juga: Bukti Sejarah Teori Arus Balik Masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia
Kapal-kapal Belanda itu adalah dua kapal destroyer, Evertsen dan Kortenaer, serta dua pesawat, Neptune dan Firefly.
Kapal-kapal Belanda itu segera mengejar dan menyerang kapal-kapal Indonesia dengan meriam dan torpedo.
Komodor Yos Sudarso, yang saat itu berada di KRI Macan Tutul, memerintahkan kapal-kapal lainnya untuk berpisah dan melarikan diri.
Ia sendiri bersama KRI Macan Tutul berusaha mengalihkan perhatian musuh dengan melakukan manuver berani.
Ia berharap dengan demikian, kapal-kapal lainnya bisa selamat dan melanjutkan misinya.
Namun, nasib tidak berpihak kepada Yos Sudarso dan KRI Macan Tutul.
Kapal mereka dibombardir oleh armada laut Belanda yang didukung oleh pesawat-pesawat udara.
Kapal mereka mengalami kerusakan parah dan akhirnya tenggelam di perairan Laut Aru. Yos Sudarso dan anak buahnya gugur sebagai pahlawan.
Sementara itu, kapal-kapal lainnya berhasil lolos dari kejaran musuh.
KRI Macan Kumbang dan KRI Harimau kembali ke Tanjung Priok.
Pertempuran Laut Aru adalah salah satu pertempuran yang menunjukkan keberanian dan pengorbanan para prajurit TNI-AL dalam mempertahankan kedaulatan dan kesatuan bangsa.
Baca Juga: Informasi tentang Sejarah Munculnya Uang dalam Kehidupan Manusia
Komodor Yos Sudarso dan KRI Macan Tutul menjadi simbol dari semangat juang dan patriotisme yang tidak pernah padam.
Untuk mengenang jasa-jasa mereka, pemerintah Indonesia menetapkan tanggal 15 Januari sebagai Hari Dharma Samudera, yaitu hari peringatan bagi TNI-AL.
Selain itu, nama Yos Sudarso dan KRI Macan Tutul juga diabadikan sebagai nama jalan, monumen, tugu, gedung, sekolah, dan lain-lain di berbagai daerah di Indonesia.