Beberapa Peristiwa Penting Yang Terjadi Saat Kedatangan Bangsa Belanda Di Indonesia

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Ada beberapa peristiwa penting yang terjadi saat kedatangan bangsa Belanda di Indonesia. Dari pendirian VOC hingga lahirnya Hindia Belanda.
Ada beberapa peristiwa penting yang terjadi saat kedatangan bangsa Belanda di Indonesia. Dari pendirian VOC hingga lahirnya Hindia Belanda.

Intisari-Online.com -Ada beberapa peristiwa penting yang terjadi saat kedatangan bangsa Belanda di Indonesia.

Mulai dari pembentukan VOC pada 20 Maret 1602 hingga pemberlakukan Sistem Kerja Paksa oleh Gubernur Hindia BelandaHerman W. Daendels.

Tentu itu baru sebagian, karena ada begitu banyak peristiwa penting yang terjadi saat Belanda berkuasa di Indonesia selama ratusan tahun.

Yuk kita bahas satu per satu.

Pembentukan VOC 20 Maret 1602

Belanda sejatinya bukan negara Eropa pertama yang datang ke Nusantara.

Sebelum Belanda, ada Portugis dan Spanyol yang tiba lebih dulu, di awal abad ke-16.

Mengapa Belanda datang belakangan?

Menurut buku A History of Modern Indonesia since c. 1200 (2008) karya MC Ricklefs, di abad ke-16, wilayah-wilayah di Belanda berada di bawah kekuasaan Kerajaan Spanyol.

Tapi Revolusi Belanda atau perang kemerdakaan sejak tahun 1560-an, mendorong Belanda mempunyai jalur perdagangan sendiri.

Sebelumnya, Belanda hanyalah perantara atau pengecer rempah-rempah yang dibawa Portugis dari Nusantara.

Maka pada 1598, Belanda melancarkan ekspedisinya untuk mencari 'Kepulauan Rempah-rempah'.

Baca Juga: Taktik Penyakit Sultan Agung, Kisah Mataram Serang VOC di Batavia Dengan Wabah Penyakit

Sebanyak empat kapal dengan 249 awak dan 64 pucuk meriam berangkat di bawah pimpinan Cornelis de Houtman.

Pada Juni 1596, kapal-kapal de Houtman sampai di Banten, pelabuhan lada terbesar di Jawa Barat.

Orang Belanda yang pertama kali berhasil mendarat di Banten tahun 1596 adalah Cornelis de Houtman.

Namun belum lama singgah, Belanda sudah terlibat perang dengan rakyat pribumi.

De Houtman pun angkat kaki dan berlayar ke timur melalui pantai utara Jawa.

Setelah mendapat berbagai penolakan di Jawa, de Houtman kembali ke negaranya dengan membawa banyak rempah-rempah.

Pelayaran de Houtman sebenarnya tidak terlalu sukses. Selama dua tahun berlayar, hanya tiga kapal dan 89 awak yang kembali ke Belanda.

Selain dilawan penduduk lokal, para penjelajah Belanda terkendala cuaca dan wabah penyakit.

Meski belum menemukan pusat rempah-rempah di timur Nusantara, ekspedisi pertama yang dipimpin de Houtman ini telah mewariskan jalur pelayaran bagi penjelajah Belanda berikutnya.

Maka pada tahun berikutnya, Belanda kembali menggelar ekspedisi kedua ke Nusantara.

"Kini mulailah zaman yang dikenal sebagai zaman pelayaran-pelayaran liar atau tidak teratur (wilde vaart), yaitu ketuka perusahaan-perusahaan ekspedisi Belanda saling bersaing berjuang keras untuk memperoleh bagian dari rempah-rempah Indonesia," tulis Ricklefs.

Pada 1598, sebanyak 22 kapal milik lima perusahaan Belanda yang berbeda berlayar ke Nusantara.

Baca Juga: Berdiri Sebagai Pengganti Bank Pertama Di Indonesia, Inilah Sejarah Bank Indonesia

Armada pimpinan Jacob van Neck-lah yang pertama tiba di 'Kepulauan Rempah-rempah' Maluku pada Maret 1599.

Kapalnya kembali ke Belanda pada 1599-1600 dengan mengangkut banyak rempah-rempah.

Keuntungan yang diperoleh mencapai 400 persen. Banyaknya keuntungan itu memikat Belanda.

Belanda pun membentuk Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) pada 1602 yang menyatukan para pengusaha Belanda.

VOC pun menuju Maluku dalam misi perdagangan.

Di sana, VOC mengganggu Portugis yang sebelumnya memonopoli perdagangan.

Portugis bekerja sama dengan Kesultanan Ternate yang ingin Portugis pergi dari Maluku.

Pada 1605, VOC menyerang benteng Portugis di Maluku. Portugis pun terpaksa mundur ke Timor Leste.

Kemenangan Belanda atas Portugis menjadi jalan masuk kolonialisme tiga abad setelahnya.

Tak lama setelah menguasai Maluku, VOC melebarkan sayap ke Pulau Jawa.

Di masa kejayaannya, VOC adalah perusahaan dengan aset paling besar di dunia dan paling kaya.

Pembentukan pemerintahan kolonial Hindia Belanda

Pada akhir abad ke-18,VOC mengalami kemunduran akibat kerugian yang sangat besar dan utang yang dimilikinya jug berjumlah sangat besar.

Era pemerintahan Hindia Belanda Maka pada tahun 1799, VOC akhirnya dibubarkan.

Pada tahun 1807, Republik Bataafsche dihapuskan oleh Kaisar Napoleon Bonaparte dan diganti bentuknya menjadi Kerajaan Holland di bawah pemerintahan Raja Louis Napoleon Bonaparte (adik dari Kaisar Napoleon).

Karena VOC akhirnya dibubarkan pada 1799, segala tanggung jawab VOC diambil alih oleh Kerajaan Belanda dan terbentuknya pemerintahan Hindia Belanda (Nederlands Indies).

Baca Juga: Sejarah Penggunaan Uang di Indonesia, Uang Kertas Pertama Kali Dikenalkan VOC

Pengambilan kekuasaan ini dimaksudkan agar wilayah Indonesia tetap berada dalam pengendalian Belanda.

Dalam hal perkembangannya, Raja Louis Napoleon Bonaperte, yang bertanggung jawab atas wilayah Kerajaan Belanda, menunjuk Herman Williem Daendels sebagai Gubernur Jenderal di Indonesia.

Dari tahun 1808-1811 Herman Willem Daendels menjadi Gubernur Jenderal Belanda di Indonesia dengan tugas utamanya adalah untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan pasukan Inggris.

Dalam upaya tersebut, perhatian Daendels hanyalah terhadap pertahanan dan ketentaraan.

Untuk memperkuat angkatan perangnya, Daendels melatih orang-orang Indonesia, karena tidak mungkin ia menambah tentaranya dari orang-orang Belanda yang didatangkan dari negeri Belanda.

Pembangunan angkatan perangnya ini dilengkapi dengan pendirian tangsi-tangsi atau benteng-benteng, pabrik mesiu dan juga rumah sakit tentara.

Sistem kerja paksa (rodi) yang diterapkan oleh Herman W. Daendels

Untuk kepentingan pertahanan,Daendels memerintahkan pembuatan jalan pos dari Anyer di Jawa Barat sampai Panarukan di Jawa Timur.

Pembuatan jalan ini menggunakan tenaga rakyat dengan sistem kerja paksa atau kerja rodi, hingga selesainya pembuatan jalan itu.

Untuk orang Belanda, pekerjaan menyelesaikan pembuatan jalan pos ini merupakan keberhasilan yang gemilang.

Tapi lain halnya dengan bangsa Indonesia, di mana setiap jengkal jalan itu merupakan peringatan terhadap rintihan dan jeritan jiwa orang yang mati dalam pembuatan jalan tersebut.

Namun setelah pembuatan jalan selesai, Daendels memerintahkan pembuatan perahu-perahu kecil, karena perahu-perahu perang Belanda tidak mungkin dikirim dari negeri Belanda ke Indonesia.

Selanjutnya pembuatan pelabuhan-pelabuhan tempat bersandarnya perahu-perahu perang itu, Daendels merencanakan di daerah Banten Selatan.

Pembuatan pelabuhan itu telah memakan ribuan korban jiwa orang Indonesia di Banten akibat dari penyakit malaria yang menyerang para pekerja paksa.

Akhirnya pembuatan pelabuhan itu tidak selesai.

Walaupun Daendels bersikeras untuk tetap menyelesaikannya, tetapi Sultan Banten menentangnya.

Daendels menganggap jiwa rakyat Banten tidak ada harganya, sehingga hal ini mengakibatkan pecahnya perang antara Daendels dengan Kerajaan Banten.

Di samping itu, pembuatan pelabuhan di Merak juga mengalami kegagalan dan hanya usaha untuk memperluas pelabuhan di Surabaya yang cukup memuaskan.

Pada tahun 1810 Kerajaan Belanda di bawah pemerintahan Raja Louis Napoleon Bonaparte dihapuskan oleh Kaisar Napoleon Bonaparte.

Negeri Belanda dijadikan wilayah kekuasaan Perancis.

Dengan demikian, wilayah jajahannya di Indonesia secara otomatis menjadi wilayah jajahan Perancis.

Napoleon menganggap bahwa tindakan Daendels sangat otokratis (otoriter), maka pada tahun 1811 ia dipanggil kembali ke negeri Belanda dan digantikan oleh Gubernur Jenderal Jansens.

Itulahbeberapa peristiwa penting yang terjadi saat kedatangan bangsa Belanda di Indonesia, semoga bermanfaat.

Baca Juga: Saat Mataram Islam Kocar-kacir Hingga Rajanya Kabur Dan Minta Bantuan VOC, Inilah Peristiwa Pemberontakan Trunojoyo

Artikel Terkait