Intisari-online.com - Sultan Agung adalah raja terbesar Mataram yang memerintah pada abad ke-17.
Ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang berani, cerdas, dan visioner.
Ia juga memiliki strategi militer yang unik dan mengejutkan, menggunakan wabah penyakit untuk menyerang VOC di Batavia.
VOC adalah perusahaan dagang Belanda yang beroperasi di Asia Tenggara sejak abad ke-16.
VOC memiliki kekuatan ekonomi, politik, dan militer yang sangat besar.
Saat itu VOC berhasil menguasai banyak wilayah di Nusantara, termasuk Maluku, Jawa, Sumatera, dan Banten.
Mataram adalah kerajaan Islam terbesar di Jawa pada masa itu.
Perlawanan Sultan Agung terhadap VOC di Batavia dilakukan pada tahun 1628 dan 1629.
Penyebab perlawanan tersebut disebabkan karena Sulan Agung menyadari bahwa kehadiran VOC di Batavia dapat membahayakan hegemoni kekuasaan Mataram Islam di Pulau Jawa.
Pada tahun 1628, Sultan Agung memutuskan untuk melancarkan serangan dua kali terhadap Batavia dengan menggunakan wabah penyakit sebagai alat perang.
Serangan pertama dilakukan pada tanggal 22 Agustus 1628 dengan membendung Sungai Ciliwung agar benteng VOC kekurangan air.
Baca Juga: Beginilah Kondisi Sosial Kerajaan Kutai yang Merupakan Kerajaan Hindu Tertua di Nusantara
Serangan kedua dilakukan pada tanggal 3 Desember 1628 dengan membawa pasukan raksasa yang terdiri dari ribuan prajurit.
Serangan pertama berhasil membuat pihak VOC terjangkit wabah kolera yang meresahkan pasukan mereka.
Wabah penyakit ini menyebabkan banyak kematian dan penurunan kesehatan di kalangan pasukan VOC.
Serangan kedua juga berhasil menghancurkan benteng VOC dan merebut kota Batavia.
Namun serangan ini tidak berlangsung lama.
Pada tanggal 27 Oktober 1628, pasukan Mataram memilih mundur dan kembali ke kerajaannya karena takut akan reaksi dari pihak Banten dan Kesultanan Demak.
Pihak Banten dan Demak kemudian melakukan perlawanan bersenjata melawan Mataram dan VOC.
Serangan Sultan Agung ke Batavia merupakan sebuah epos dalam sejarah Indonesia.
Ia menunjukkan bahwa Sultan Agung adalah seorang pemimpin yang cerdas dan taktis dalam menggunakan sumber daya alam sebagai senjata perang.
Kegagalan itu juga menunjukkan bahwa pihak Belanda tidak bisa dikalahkan hanya dengan kekuatan militer saja.