Intisari-online.com - Jan Pieterzoon Coen adalah seorang tokoh penting dalam sejarah Indonesia, khususnya dalam hubungan antara VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) dan kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Ia adalah Gubernur Jenderal VOC yang keempat dan paling terkenal, yang memerintah dari tahun 1618 hingga 1623, dan dari tahun 1627 hingga 1629.
Salah satu peristiwa yang menandai kepemimpinannya adalah serangan VOC ke Jepara pada tahun 1618, yang merupakan bagian dari konflik dengan Mataram.
Jepara adalah sebuah kota pelabuhan di pantai utara Jawa, yang dikenal sebagai pusat perdagangan dan pelayaran.
Kota ini juga memiliki hubungan dekat dengan Mataram, kerajaan terbesar dan terkuat di Jawa pada saat itu.
Mataram dipimpin oleh Sultan Agung, yang berambisi untuk menguasai seluruh Pulau Jawa dan sekitarnya. Untuk mencapai tujuannya, ia harus menghadapi VOC, yang telah mendirikan benteng dan pos dagang di beberapa tempat strategis, seperti Batavia, Banten, dan Maluku.
VOC sendiri adalah sebuah perusahaan dagang Belanda yang didirikan pada tahun 1602, dengan tujuan untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Asia.
VOC memiliki hak monopoli untuk berdagang, berperang, dan berdiplomasi atas nama pemerintah Belanda.
VOC juga memiliki pasukan militer yang besar dan kuat, yang terdiri dari tentara dan kapal perang.
VOC bersaing dengan perusahaan-perusahaan dagang lainnya dari Eropa, seperti Inggris, Portugal, dan Spanyol.
Pada tahun 1618, Jan Pieterzoon Coen mengusulkan serangan ke Jepara, dengan alasan bahwa kota itu adalah basis dari para pembajak yang merugikan kepentingan VOC.
Baca Juga: Berawal Menjadi Seorang Pedagang Sosok Ini Menjadi Penguasa Gowa dan Menantang Belanda
Ia juga berharap bahwa dengan menyerang Jepara, ia bisa memprovokasi Mataram untuk berperang, sehingga VOC bisa mengambil kesempatan untuk merebut wilayah-wilayah yang kaya rempah-rempah, seperti Banten dan Maluku.
Coen mendapat persetujuan dari Dewan XVII, badan tertinggi VOC, untuk melancarkan serangan tersebut.
Serangan VOC ke Jepara dimulai pada bulan Mei 1618, dengan menggunakan 19 kapal dan sekitar 1.600 tentara.
VOC berhasil menembus pertahanan Jepara, yang dipimpin oleh Ratu Kalinyamat, seorang penguasa wanita yang berkuasa di Jepara sejak tahun 1579.
Ratu Kalinyamat adalah istri dari Sultan Hadlirin, raja Jepara sebelumnya, yang meninggal pada tahun 1587.
Ia juga adalah adik dari Sultan Trenggana, raja Demak sebelumnya, yang meninggal pada tahun 1546.
Ratu Kalinyamat dikenal sebagai seorang pemimpin yang berani dan cerdas, yang mampu mempertahankan kemerdekaan Jepara dari ancaman Mataram dan VOC.
Namun, kekuatan VOC ternyata terlalu besar untuk ditahan oleh Jepara.
Setelah beberapa hari bertempur, VOC berhasil menguasai kota itu, dan membakar sebagian besar bangunan, termasuk masjid, istana, dan rumah-rumah penduduk.
Ratu Kalinyamat berhasil melarikan diri ke pedalaman, bersama dengan sebagian besar penduduknya.
Baca Juga: Inilah Sosok Sunan Pakubuwono X, Raja Keraton Solo Yang Dikelilingi 2 Permaisuri Dan 39 Selir
Ia kemudian membangun kembali Jepara di tempat yang lebih aman, dan terus melawan VOC hingga akhir hayatnya.
Serangan VOC ke Jepara memiliki dampak yang besar bagi sejarah Indonesia.
Serangan ini menimbulkan kemarahan dan kebencian dari Mataram terhadap VOC, yang kemudian memicu perang yang berlangsung selama beberapa dekade.
Perang ini dikenal sebagai Perang Jawa, yang melibatkan berbagai pertempuran, pengepungan, dan perjanjian.
Salah satu pertempuran terbesar adalah Pertempuran Batavia pada tahun 1628-1629, di mana Mataram mencoba untuk merebut ibu kota VOC, tetapi gagal.