Intisari-Online.com - Jika ada pemberontakan yang tak akan dilupakan oleh Mataram Islam, pemberontakan Trunojoyo adalah jawabannya.
Bagaimana tidak, pemberontakan ini bahkan sampai membuat Raja Mataram Islam, Amangkurat I, melarikan diri ke Tegal.
Tak hanya itu, Keraton Plered, ibukota Mataram ketika itu, juga rusak-rusakkan karena penjarahana.
Bagaimana pemberontakan itu bisa begitu besar?
Mengutip Intisari-Online.com, Pemberontakan Trunojoyo bisa dibilang sebagai pemberontakan paling besar terhadap Mataram Islam.
Untuk menumpas pemberontakan itu, Mataram Islam sampai harus membuat perjanjian dengan VOC.
Perjanjian itu dikenal sebagai Pernajian Jepara, kesepakatan antara Amangkurat II dan VOC pada 1677.
Pemberontakan Trunojoyo dipicu oleh gaya pemerintahan Amangkurat I yang semena-mena dan pro-VOC.
Pada 1924, Pulau Madura ditaklukkan oleh Sultan Agung.
Ketika itu Sultan Agung menangkap seorang bangsawan Madura, Raden Prasena, yang kemudian dijadikan menantu dan penguasa wilayah Madura di bawah Kerajaan Mataram.
Raden Prasena menyandang gelar Panembahan Cakraningrat atau Cakraningrat I.
Setelah Sultan Agung wafat, kedudukannya digantikan oleh putranya, Prabu Amangkurat Agung atau Raden Mas Sayidin atau Amangkurat I.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR