Kisah Tragis Permintaan Bantuan Mataram kepada VOC, Awal Mula Penjajahan Belanda di Indonesia

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi - Amangkurat III Raja mataram yang berakhir di tangan VOC.
Ilustrasi - Amangkurat III Raja mataram yang berakhir di tangan VOC.

Intisari-online.com - Kerajaan Mataram Islam adalah salah satu kerajaan besar yang pernah berdiri di Pulau Jawa.

Pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1645), Mataram mencapai puncak kejayaannya dengan menguasai hampir seluruh wilayah Jawa, Bali, dan Madura.

Namun, setelah Sultan Agung wafat, Mataram mengalami kemunduran akibat adanya campur tangan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) atau Perusahaan Hindia Timur Belanda di dalam urusan politik kerajaan.

Permintaan bantuan Mataram kepada VOC bermula dari adanya pemberontakan yang dipimpin oleh Trunajaya.

Ia seorang bangsawan Madura yang tidak puas dengan kebijakan Amangkurat I, putra dan pengganti Sultan Agung.

Pemberontakan ini meletus pada tahun 1675 dan berhasil merebut ibu kota Mataram, Plered.

Amangkurat I terpaksa melarikan diri dan meninggal dalam perjalanan menuju Batavia untuk meminta bantuan VOC.

Putranya, Amangkurat II, meneruskan permintaan bantuan tersebut dengan harapan dapat mengembalikan kekuasaannya.

Proses permintaan bantuan Mataram kepada VOC tidak berlangsung mudah.

VOC menuntut sejumlah imbalan yang sangat merugikan bagi Mataram.

Seperti pengakuan atas batas wilayah Batavia yang mencakup wilayah Parahyangan, pengakuan Cirebon sebagai protektorat VOC, pelepasan pengaruh Madura bagian timur, pengakuan kekuasaan VOC atas Semarang.

Baca Juga: Pemberontakan Sunan Kuning dan Perjanjian Giyanti, Dua Penyebab Utama Pemindahan Ibu Kota Mataram dari Kartasura ke Surakarta

Hak VOC untuk membeli beras sebanyak maunya, pembenaran monopoli VOC atas impor candu dan wastra, pengiriman beras dari Mataram kepada VOC sebanyak 800 koyan (sekitar 1 300 ton) setiap tahun dengan cuma-cuma selama 25 tahun.

Lalu penempatan kembali suatu garnisun VOC di Kartasura yang dibiayai Susuhunan, dan larangan untuk orang Jawa berlayar ke sebelah timur Lombok, ke sebelah utara Kalimantan dan ke sebelah barat Lampung.

Perjanjian-perjanjian ini dibuat antara tahun 1677 dan 1705.

Akibat permintaan bantuan Mataram kepada VOC sangat fatal bagi kedaulatan Mataram.

Wilayah kerajaan menyempit akibat aneksasi yang dilakukan VOC.

Ekonomi kerajaan terpuruk akibat monopoli perdagangan dan beban hutang yang menumpuk.

Kekuasaan kerajaan tergantung pada campur tangan VOC.

Rakyat kerajaan menderita akibat kelaparan dan penindasan.

Pemberontakan-pemberontakan terus muncul sebagai bentuk perlawanan terhadap kebijakan-kebijakan yang tidak adil.

Pada akhirnya, Mataram harus rela dibagi menjadi dua kerajaan pada tahun 1755 melalui Perjanjian Giyanti, yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.

Kisah tragis permintaan bantuan Mataram kepada VOC ini merupakan awal mula penjajahan Belanda di Indonesia.

Baca Juga: Letak Geografis Kerajaan Mataram Kuno, Ada Dua Gegara Letusan Merapi

Dari sini kita dapat belajar bahwa permintaan bantuan dari pihak asing tidak selalu membawa manfaat, tetapi bisa jadi malah membawa petaka bagi bangsa kita sendiri.

Artikel Terkait