Sejarah dan Misteri Kyai Pleret, Pusaka yang Menjaga Kesultanan Mataram

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

ilustrasi - Keris Pusaka warisan budaya dan sejarah Indonesia.
ilustrasi - Keris Pusaka warisan budaya dan sejarah Indonesia.

Intisari-online.com - Kyai Pleret adalah salah satu pusaka keris yang dimiliki oleh Keraton Yogyakarta.

Pusaka ini dipercaya memiliki kekuatan magis dan sudah ada sejak sebelum Kerajaan Mataram Islam berdiri.

Namun, asal usul dan sejarah pusaka ini penuh dengan kisah yang menarik dan misterius.

Menurut salah satu versi, Kyai Pleret tercipta pada zaman Syekh Maulana Maghribi, seorang ulama besar yang datang ke Jawa untuk menyebarkan Islam.

Suatu hari, dia beristirahat di danau setelah berkelana di hutan.

Di sana, dia melihat seorang gadis cantik bernama Rasawulan sedang mandi.

Gadis itu merasa diintip dan mendatangi Syekh Maulana Maghribi untuk memarahinya.

Anehnya, setelah kejadian itu, Rasawulan tiba-tiba hamil.

Syekh Maulana Maghribi merasa tidak bersalah dan bersumpah dengan memotong alat kelaminnya bahwa dia tidak menghamili Rasawulan.

Alat kelamin itu kemudian berubah menjadi pusaka keris yang dinamai Kyai Pleret.

Rasawulan sendiri melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Sutawijaya, yang kelak menjadi pendiri Kerajaan Mataram Islam.

Menurut versi lain, Kyai Pleret adalah tombak pusaka yang dibuat oleh Sunan Kalijaga dari api yang menyala di atas air.

Tombak ini kemudian diberikan kepada Sutawijaya sebagai hadiah karena berhasil menaklukkan daerah Bumi Mentaok.

Baca Juga: Kisah Hamengkubuwono II, Sultan Sepuh Mataram yang Tak Gentar Lawan Belanda

Tombak ini menjadi lambang kejayaan dan kekuasaan Kerajaan Mataram Islam.

Kyai Pleret kemudian diwariskan dari generasi ke generasi oleh raja-raja Mataram Islam.

Pusaka ini juga menjadi saksi dari berbagai peristiwa penting dalam sejarah, seperti perang melawan VOC, perpecahan kerajaan, dan perjuangan kemerdekaan.

Hingga kini, Kyai Pleret masih disimpan di KeratonYogyakarta sebagai pusaka yang sakral dan dihormati.

Kyai Pleret tidak hanya memiliki nilai sejarah, tetapi juga nilai spiritual.

Pusaka ini diyakini memiliki kekuatan magis yang dapat melindungi pemiliknya dari segala bahaya.

Banyak cerita yang menyebutkan bahwa Kyai Pleret dapat bergerak sendiri, berbicara, dan memberikan petunjuk kepada raja-raja Mataram Islam.

Salah satu cerita yang terkenal adalah ketika Sultan Agung Hanyokrokusumo ingin menyerang Batavia, markas VOC, pada tahun 1628.

Sebelum berangkat, dia meminta restu kepada Kyai Pleret.

Namun, pusaka itu menolak untuk ikut serta dalam perang dan berkata bahwa Sultan Agung tidak akan berhasil merebut Batavia.

Ternyata, perkataan Kyai Pleret benar adanya. Sultan Agung mengalami kekalahan dan harus mundur.

Baca Juga: Kebijakan-kebijakan yang Dilakukan Sultan Agung yang Menyebabkan Mataram Mencapai Puncak Kejayaan

Cerita lain adalah ketika Sultan Hamengkubuwono I ingin memindahkan ibu kota Kerajaan Mataram dari Kartasura ke Yogyakarta pada tahun 1755.

Dia meminta izin kepada Kyai Pleret untuk membawanya bersama pusaka-pusaka lainnya.

Kyai Pleret menyetujui permintaan itu dan memberikan tanda dengan berkilauan cahaya.

Dengan demikian, Kyai Pleret menjadi salah satu pusaka yang ikut mendirikan Keraton Yogyakarta.

Kyai Pleret juga berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Ketika Jepang menyerbu Indonesia pada tahun 1942, Kyai Pleret bersama pusaka-pusaka lainnya disembunyikan di tempat rahasia agar tidak jatuh ke tangan musuh.

Setelah Indonesia merdeka, Kyai Pleret kembali ke Keraton Yogyakarta dan menjadi simbol kedaulatan bangsa.

Artikel Terkait