Intisari-Online.com -Kerajaan Mataram Kuno adalah salah satu kerajaan besar di Jawa yang berdiri sekitar abad ke-8 hingga ke-10 Masehi.
Kerajaan ini memiliki pengaruh yang luas di wilayah Jawa, Bali, dan Sumatera.
Namun, ada satu hal yang menarik dari sejarah kerajaan ini, yaitu perpindahan letak geografisnya.
Letak geografis Kerajaan Mataram Kuno tidak selalu tetap, melainkan mengalami pernah mengalamiperubahan.
Apa yang menyebabkan hal ini terjadi? Salah satu faktor utamanya adalah letusan gunung Merapi. Letusan Merapi yang dahsyat dan berulang-ulang membuat kerajaan ini harus mencari tempat yang lebih aman dan subur untuk berkembang.
Artikel ini akan mengulas lebih lanjut tentang letak geografis Kerajaan Mataram Kuno dan pengaruh letusan Merapi terhadapnya.
Mataram Kuno di Jawa Tengah
Pada awal berdirinya, Kerajaan Mataram Kuno berpusat di Poh Pitu, sebuah daerah yang terletak antara Magelang atau Kedu dan Yogyakarta.
Namun, sampai sekarang belum diketahui pasti di mana letak Poh Pitu secara geografis.
Rakai Panangkaran, penerus Raja Sanjaya, kemudian memindahkan ibu kota kerajaan ke arah timur, mungkin di sekitar Sragen atau Purwodadi-Grobogan.
Baca Juga: Masyarakat Kerajaan Mataram Kuno Telah Memiliki Sikap Toleransi Tinggi, Ini Buktinya
Setelah wafatnya Rakai Panangkaran (780 M), Kerajaan Mataram Kuno terbagi menjadi dua bagian.
Bagian utara dikuasai oleh Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu, sedangkan bagian selatan dikuasai oleh Dinasti Syailendra yang beragama Buddha.
Pada masa Rakai Pikatan (840-856 M), ibu kota kerajaan dipindahkan kembali ke Mamrati, dekat Poh Pitu.
Lalu, pada masa Dyah Balitung (898-915 M), ibu kota kerajaan kembali lagi ke Poh Pitu dan selanjutnya dipindahkan ke Bhumi Mataram (Yogyakarta) pada masa Dyah Wawa (924 M).
Dipindahkan ke Jawa Timur
Pada 929 M, Mpu Sindok memutuskan untuk memindahkan ibu kota Mataram Kuno ke Jawa Timur.
Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan alasan di balik pemindahan ini, seperti faktor bencana alam dan faktor politik.
Faktor bencana alam adalah letusan Gunung Merapi, yang menyebabkan kerusakan besar-besaran di ibu kota kerajaan di Bhumi Mataram.
Menurut para pujangga, letusan tersebut merupakan pralaya atau akhir zaman, yang mengharuskan dibangunnya kerajaan baru dengan wangsa baru.
Oleh karena itu, Mpu Sindok tidak hanya memindahkan kerajaan, tetapi juga mendirikan Dinasti Isyana sebagai wangsa baru.
Faktor politik adalah ancaman dari Kerajaan Sriwijaya, yang ingin menguasai wilayah-wilayah di Jawa Tengah.
Baca Juga: 17 Peninggalan Kerajaan Mataram Paling Lengkap, Ada Candi dan Prasasti
Dengan memindahkan kerajaan ke Jawa Timur, Mpu Sindok berharap dapat menghindari serangan dari Sriwijaya.
Setelah berpindah ke Jawa Timur, Kerajaan Mataram Kuno lebih dikenal dengan nama Kerajaan Medang.
Berdasarkan Prasasti Turyan, ibu kota pertama Kerajaan Medang adalah Tamwlang, yang sekarang berada di sekitar Jombang.
Selanjutnya, Prasasti Anjukladang dan Prasasti Paradah menyebutkan bahwa ibu kota Kerajaan Medang adalah Watugaluh, yang sekarang berada di dekat Jombang di tepi Sungai Brantas.
Hal ini menunjukkan bahwa pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno periode Jawa Timur juga tidak tetap, mungkin karena adanya serangan dari musuh.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa letak geografis Kerajaan Mataram Kuno sangat dipengaruhi oleh faktor alam, khususnya gunung Merapi.
Letusan Merapi yang merusak dan mengancam membuat kerajaan ini harus beradaptasi dengan kondisi baru dan mencari lokasi yang lebih strategis.
Meskipun demikian, letak geografis Kerajaan Mataram Kuno tetap menjadi bagian penting dari sejarah dan budaya Jawa.
Baca Juga: 5 Faktor Pendorong Berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno Menuju Kejayaan