Kesepakatan ini ditetapkan mengikuti perjalanan pertengahan Desember lalu ke Jakarta yang dilakukan oleh Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, yang menjembatani hubungan dekat AS-Indonesia walaupun ada kekhawatiran pelanggaran HAM yang menunda penjualan senjata sebelumnya ke Indonesia.
"Kesepakatan penjualan ini akan mendukung tujuan kebijakan luar negeri dan tujuan keamanan nasional AS dengan meningkatkan keamanan mitra regional penting yang merupakan pasukan untuk stabilitas politik, dan kemajuan ekonomi di wilayah Asia-Pasifik," ujar Kementerian Luar Negeri dalam pernyataan.
"Penting bagi kepentingan nasional AS membantu Indonesia mengembangkan dan mempertahankan kemampuan pertahanan diri yang kuat dan efektif," paparnya.
Pernyataan tidak menyebut China, yang telah semakin asertif di Laut China Selatan yang penuh sengketa dan juga di Pasifik.
AS dan negara-negara Barat lainnya sedang memperkuat persekutuan di wilayah itu saat pengaruh China tumbuh, seperti Quad dan memperdalam hubungan dengan negara-negara sepanjang Asia Pasifik, beberapa yang terlibat dalam sengketa maritim dengan China.
Pakta keamanan AUKUS, di mana Australia akan mendapatkan kapal selam bertenaga nuklir, memicu kemarahan di China, tapi juga menyebabkan kemarahan di Perancis yang mengetahui kesepakatan kapal selamnya dengan Canberra tiba-tiba dibatalkan.
Perancis sejak itu memperkuat hubungannya dengan mitra lama termasuk Jepang dan India, dan mulai berpaling ke negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia, yang juga mengkhawatirkan mengenai kesepakatan AUKUS.
Kedua negara memperdalam kesepakatan kemitraan strategisnya selama kunjungan dua hari oleh Menteri Luar Negeri Jean-Yves Le Drian ke Indonesia akhir November lalu.
Saat yang sama, AUKUS diumumkan oleh AS, Inggris dan Australia.
Presiden Perancis Emmanuel Macron menyambut keputusan Indonesia untuk memilih "kehebatan industri Perancis", dengan ia membuat cuitan bahwa kesepakatan Rafale akan "memperkuat kemitraan kami".
KOMENTAR