Intisari - Online.com - 2021 adalah tahun yang memikat untuk mereka yang tertarik mengembangkan postur pertahanan Indonesia.
Hal ini karena Indonesia terus melanjutkan perjalanan menuju modernisasi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Bertahun-tahun lamanya, pengamat telah berdiskusi di antara banyak hal mengenai target Kementerian Pertahanan untuk mendapatkan senjata-senjata besar, termasuk kapal perang di permukaan, kapal selam, jet tempur, tanker transportasi multifungsi, sebagai bagian dari rencana modernisasi jangka panjang USD 125 miliar yang ambisius.
Dengan upaya yang tidak diragukan lagi dilanjutkan tahun ini, ini merupakan waktu yang tepat untuk mengunjungi ulang salah satu debat tahunan mengenai pembangunan militer Jakarta.
"Apakah Indonesia seharusnya memiliki kemampuan menunjukkan kekuatan dan terlibat dalam keuntungan potensial di luar wilayahnya?"
Menengok tuntutan operasional TNI saat ini dan di masa depan dapat menyediakan jawaban untuk pertanyaan ini.
Kecanggihan teknologi dan proliferasi amunisi jangka panjang tepat sasaran (PGMs) telah membuat Indonesia rentan diserang tanpa harus memasuki Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).
Kedaulatan Indonesia sedang diancam saat ini dan infrastruktur penting negara bisa menjadi sasaran utama.
Ada yang beranggapan jika hal ini bukan berarti TNI terutama TNI AL, yang memiliki tanggung jawab utama memasang kekuatan di negara kepulauan seperti Indonesia harus mencari potensi musuh.
TNI bisa menembak jatuh PGM musuh tanpa harus memunculkan risiko beroperasi melebihi wilayah maritim Indonesia.
KOMENTAR