Pencocokan antara data arkeologi yang ditemukan di lapangan dan cerita sejarah yang ada di dalam Kitab Negarakertagama dan Serat Pararaton, yang membuat perkiraan tersebut semakin besar.
Dua naskah kuno peninggalan Majapahit ini mengisahkan kehidupan di masa lalu, mulai dari Kerajaan Singasari hingga Kerajaan Majapahit.
Menurut Ismail, arkeologi tidak bisa berdiri, karena data arkeologi di lapangan perlu mendapatkan dukungan dari data tekstual, data tertulis.
“Yang bisa kami gunakan ada dua, yaitu Negarakertagama dan Serat Pararaton. Dengan menghubungkan dari data lapangan dan data tekstual itu, muncul beberapa gambaran terkait dengan Situs Kumitir itu.
Jadi, dugaannya sekarang sudah mulai agak terarah menuju pusat permukiman yang istimewa, permukiman yang bukan umum, tapi istimewa,” kata Ismail.
Konteks permukiman istimewa itu berdasarkan pada struktur bangunan yang diperkirakan dibangun sepanjang 318 meter dan lebarnya 205 meter.
Diperkirakan, bangunan tersebut merupakan fasilitas khusus untuk kalangan tertentu di masa lalu.
Di dalam kompleks situs itu hanya ditemukan satu pintu gerbang yang menandakan bahwa kompleks permukiman itu hanya memiliki satu pintu sebagai akses masuk.
“Gerbangnya ada di sebelah barat. Di sebelah timur sudah dilacak semua sudah tidak ada sisa gerbang. Kalau di perumahan modern, seperti one way gate, satu pintu,” kata Ismail.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR