“Nah, di setiap menara itu ada lubangnya dan air bisa memancar dari lubang-lubang itu. Ini konteksnya adalah untuk memurnikan atau mensucikan air yang berasal dari wilayah selatan. Air dari wilayah selatan akan masuk ke areal Candi Tikus dan akan memancar sebagai bangunan suci dan airnya kemudian akan dibawa ke Kota Raja," ujar Ismail.
"Jadi fungsinya adalah sebagai bangunan suci untuk berbagai kepentingan. Untuk memurnikan air yang akan berdampak pada kesuburan pada pertanian yang ada di wilayah itu,” tambahnya.
Begitu juga dengan Candi Bajangratu yang berupa gapura dalam ukuran besar.
Menurut Ismail, gapura itu semestinya menunjukkan komplek tertentu yang ada di baliknya.
Sayangnya, komplek di balik gapura itu sudah hilang sehingga cerita tentang gapura itu tidak bisa diteliti lebih lanjut.
Namun, gapura itu diperkirakan merupakan bangunan penting di masa Kerajaan Majaphit.
Ini terlihat dari relief yang menempel di gapura itu, salah satunya adalah relief sritanjung yang populer di masa Majapahit.
“Yang menarik, Gapura Bajang Ratu ini juga dilengkapi oleh beberapa relief. Untuk yang bagian bawah relief sritanjung. Relief sritanjung ini adalah relief yang sangat populer di masa Majapahit. Dipahatkan di beberapa candi. Sritanjung terkait dengan nama Banyuwangi di Jawa Timur,” ujar dia.
Deretan peninggalan sejarah ini menceritakan tentang kehidupan masa lalu di sisi timur Ibu Kota Majapahit.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR