Advertorial
Intisari-Online.com – Kerajaan Salakanagara disebut sebagai kerajaan tertua Nusantara menurut Pustaka Rajya Rajya I Bhumi Nusantara, yang merupakan bagian dari Naskah Wangsakerta.
Kerajaan ini berdiri antara 130-362 Masehi.
Kerajaan Salakanagara ini diyakini sebagai cikal bakal suku Sunda, karena peradabannya dianggap memiliki kesamaan dengan wilayah peradaban orang Sudnda seama berabad-abad.
Kerajaan ini didirikan oleh Dewawarman I, yang memerintah antara 130-168 M dengan gelar Prabu Darmalokapala Aji Raksa Gapura Sagara.
Raja Dewawarman I dikisahkan sebagai seorang pedagang yang datang dari India yang dikirim untuk menjalin hubungan perdagangan di Jawadwipa.
Dibandingkan dengan Tarumanagara, kerajaan Salakanagara tidak meninggalkan catatan sejarah dan peninggalan lokal yang berwujud prasasti atau reruntuhan candi, sehingga keberadaannya cukup misterius.
Kekuasaan Kerajaan Salakanagara meliputi daerah Jawa bagian barat, termasuk pulau yang terletak di sebelah barat Pulau Jawa dan laut yang membentang sampai Pulau Sumatera.
Setelah berkuasa selama 232 tahun, Kerajaan Salakanagara berada di bawah pemerintahan Kerajaan Tarumanegara.
Mengutip buku Sundakala: Cuplikan Sejarah Sunda Berdasarkan Naskah-naskah Panitia Wangsakerta Cirebon, karya Ayatrohaedi (2017), yang menjadi sumber utama sejarah kerajaan ini adalah Naskah Wangsakerta – Pustaka Rajyarajya I Bhumi Nusantara.
Menurut naskah tersebut, Kerajaan Salakanagara diyakini sebagai kerajaan tertua di nusantara yang berdiri antara 130-362 M, sebelum Kerajaan Kutai (400-1635M).
Namun, Kerajaan Kutai lebih dikenal sebagai kerajaan pertama di nusantara, karena minimnya bukti keberadaan Salakanagara.
Sejarah berdirinya Kerajaan Salakanagara bermula ketika seorang pedagang dari India bernama Dewawarman menetap di Jawa, tepangya di Teluk Lada, Pandeglang, yang kemudian menikahi putri dari Aki Tirem, kepala daerah setempat.
Dermawarman kemudian mendirikan Kerajaan Salakanagara dengan ibu kota di Rajatapura.
Letak kerajaan ini yang strategis membuat perahu yang melintas terpaksa harus singgah dan memberi upeti kepada Dewawarman I, yang berkuasa selama 38 tahun, antara 130-68 M.
Setelah Raja mangkat, takhta kerajaan diteruskan oleh putranya, Dewawarman II yang bergelar Sang Prabhu Digwijayakasa Deawarman.
Terletak di daerah Jawa bagian barat, terdapat tiga lokasi yang diyakini sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Salakanagara, yaitu Teluk Lada (Pandeglang, Banten), Condet (Jakarta), dan Gunung Salak (Bogor).
Pusat pemerintahan yang disebutkan dalam Naskah Wangsakerta adalah Rajatapura, ini terletak di Teluk Lada (Pandeglang, Banten).
Sementara, Condet yang terletak di Jakarta Timur, berjarak 30 kilometer dari pelabuhan Sunda Kelapa, yang memiliki aliran sungai bernama Sungai Tiram.
Kata ‘Tiram’ berasal dari nama Aki Tirem, mertua Dewawarman I, pendiri Kerajaan Salakanagara.
Pusat pemerintahan Kerajaan Salakanagara juga terletak di Gunung Salak di Bogor, yang gunungnya ketika siang berwarna keperak-perakan karena tersinari oleh terangnya matahari.
Dalam bahasa Sunda, Salakanagara berarti ‘Kerajaan Perak’, ini juga dilandasi oleh kemiripan antara kata ‘Salaka’ dan ‘Salak’.
Kerajaan Salakanagara yang berdiri selama 232 tahun, diyakini telah 11 raja yang memerintah, yaitu:
- Dewawarman I atau Prabu Darmalokapala Aji Raksa Gapura Sagara (130-168 M)
- Dewawarman II atau Prabu Digwijayaksa Dewawarmanputra (168-195 M)
- Dewawarman III atau Prabu Singasagara Bimayasawirya (195-238 M)
- Dewawarman IV (238-252 M)
- Dewawarman V (252-276 M)
- Mahisa Suramardini Warmandewi (276-289 M)
- Dewawarman VI (289-308 M)
- Dewawarman VII (308-340 M)
- Sphatikarnawa Warmandewi (340-348 M)
- Dewawarman VIII (348-362 M)
- Dewawarman IX (362 M)
Namun, setelah pemerintahan Dewawarman VIII, Kerajaan Salakanagara berada di bawah pemerintahan Kerajaan Tarumanegara.
Pendiri Kerajaan Tarumanegara, yaitu Raja Jayasinghawarman, adalah menantu dari Raja Dewawarman VIII.
Walaupun hanya berdiri selama dua abad, garis turunan penguasa Salakanagara dipercaya melahirkan raja-raja Pajajaran, Sriwijaya, dan Majapahit.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari