Intisari-Online.com - Majapahit dikenal sebagai kerajaan terbesar di Nusantara yang berhasil menyatukan wilayah ini.
Masa kejayaannya berlangsung pada saat kerajaan ini diperintah oleh Hayam Wuruk (1350-1389 M).
Ketika itu, seluruh kepulauan Indonesia bahkan Jazirah Malaka mengibarkan panji-panji Majapahit.
Seperti yang banyak dibicarakan, kesuksesan Majapahit tak lepas dari peran sang mahapatih Gajah Mada dengan Sumpah Palapanya.
Sumpah Palapa yang dilontarkan Gajah Mada terlaksana, dengan daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, ditambah Tumasik (Singapura) dan sebagian Kepulauan Filipina.
Terjadlin pula relasi dengan Campa (Thailand), Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, Vietnam, dan China.
Selain itu, kekuatan angkatan lautnya juga berperan besar dalam kejayaan kerajaan Majapahit.
Misalnya pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit mempunyai armada angkatan laut yang tangguh di bawah pimpinan Mpu Nala.
Majapahit dengan kekuatan militer dan strateginya, mampu menciptakan stabilitas di wilayahnya.
Begitu pula dalam bidang ekonomi, Majapahit menjadi pusat perniagaan di Asia Tenggara dengan komoditas ekspor terdiri dari lada, garam, dan kain.
Kekuatan Angkatan Laut Majapahit bahkan diakui dunia, hingga diwaspadai China.
Times of Indiamengungkapkan bagaimana China mengerahkan kekuatannya untuk menahan Majapahit di Samudra Hindia.
Dikatakan, pada awal abad ke-15, Kaisar Ming dari Tiongkok memutuskan untuk mendanai serangkaian pelayaran besar ke Samudra Hindia.
Itu bukanlah perjalanan eksplorasi, melainkan jangkauan geopolitik usai China mampu menggulingkan bangsa Mongol.
Tak cukup dengan bangsa Mongol, China disebut ingin membangun posisi mereka di dunia.
Dikirimlah serangkaian pelayaran besar ke Samudra Hindia, salah satunya adalah dukungan terhadap kerajaan Malaka sebagai penyeimbang terhadap kekuatan Majapahit.
Antara tahun 1405 dan 1433, armada Tiongkok melakukan tujuh pelayaran yang akan mengunjungi Asia Tenggara, India, Sri Lanka, Oman, dan Afrika Timur.
Armada tersebut termasuk 'kapal harta' raksasa disertai oleh ratusan kapal kecil dan sebanyak 28.000 orang, dipimpin seorang kasim Muslim bernama Zheng He dari Yunnan.
Cina segera menggunakan armadanya untuk menata kembali lanskap geopolitik Samudra Hindia.
Mereka mendukung Thailand melawan Khmer. Pasukan China juga pergi ke India.
Di Sri Lanka, mereka menemukan wilayah ini dalam keadaan perang saudara, sehingga salah satu penuntut takhta ditangkap dan dibawa untuk menemui kaisar Ming.
Dia kemudian dikirim kembali sebagai bagian dari rencana untuk memastikan pengaruh Cina atas pulau itu.
Zheng He juga ikut campur dalam perang suksesi di Sumatera.
Sementara itu, dukungan untuk kerajaan baru Melaka sebagai penyeimbang terhadap Majapahit di Jawa, disebut sebagai intervensi paling signifikan.
Majapahit Hindu pun digambarkan sebagai kekuatan maritim paling kuat di Samudra Hindia pada waktu itu dan menentang ekspansi Cina ke dalam lingkup pengaruh mereka.
Orang Cina memberikan dukungan sistematis kepada Melaka dan rajanya, melakukan setidaknya satu perjalanan untuk secara pribadi memberi hormat kepada kaisar Ming.
Bahkan menariknya, kerajaan tersebut juga didorong untuk masuk Islam untuk menciptakan oposisi permanen terhadap umat Hindu di Jawa.
Malaka disebut makmur di bawah perlindungan Cina sementara Majapahit terus dipukul mundur. Para pangeran Jawa disebut menolak pindah agama dan akhirnya mundur ke Bali, dimana budaya mereka masih hidup hingga saat ini.
(*)