Kini Menjelma Menjadi Wisata Prostitusi Terkenal, Siapa Sangka Ritual Berhubungan Badan di Gunung Kemukus Bermula dari Sejarah Majapahit?

Khaerunisa

Editor

Gunung Kemukus di kawasan sabuk hijau Waduk Kedongombo, Sragen, Jawa Tengah.
Gunung Kemukus di kawasan sabuk hijau Waduk Kedongombo, Sragen, Jawa Tengah.

Intisari-Online.com - Obyek wisata Gunung Kemukus di Sragen cukup terkenal dijadikan sebagai tempat ritual seks hingga tempat prostitusi.

Bahkan, media asing Daily Mail pernah memberitakan terkait tempat tersebut pada 2014.

Patrick Abboud adalah jurnalis asing dari program Dateline SBS Australia yang membuat kisah ritual aneh di Gunung Kemukus.

Menurut Abboud yang dikutip Daily Mail, setiap 35 hari seseorang harus berhubungan seks selama tujuh kali agar ritual itu berhasil.

Baca Juga: Digembar-gemborkan Jadi Bukti Besarnya Kedigdayaan Majapahit, Faktanya 'Nusantara' Malah Tidak Mencakup Jawa Tengah dan Jawa Timur, Kok Bisa?

Pemerintah daerah Sragen, termasuk Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berusaha menghentikan praktik tersebut. Namun seiring waktu, praktik tersebut kembali muncul.

Seperti banyak tempat prostitusi, tak mudah untuk menghentikan praktik semacam ini.

Selain itu, rupanya ada kisah di balik ritual seks yang dilakukan di Gunung Kemukus.

Pengunjung datang ke Gunung Kemukus berharap keinginan mereka terkabul dengan berhubungan seks.

Baca Juga: Pantas Saja Amerika Ketar Ketir, Rusia dan China Mendadak Semakin Mesra dengan Negara Kuat Ini, Langsung Berkumpul di Samudera Hindia untuk Latihan Militer, Konon Ini Tujuan Mereka

Sebagian warga percaya bahwa kekuatan gaib di tempat ini mampu meloloskan permintaan mereka kepada Sang Khalik.

Makam Pangeran Samudro yang ada di sana dipercaya bisa melindungi keselamatan hidup.

Kisah yang beredar di tengah masyarakat juga berkaitan dengan Pangeran Samudro ini.

Menurut berbagai sumber, Pangeran Samudro konon merupakan putra Prabu Brawijaya, Raja terakhir Mahapahit.

Baca Juga: Sejarah Pencak Silat: Sudah Tersebar ke Seluruh Kepulauan Nusantara Sejak Abad ke-7

Ketika Kerajaan Majapahit runtuh, sang pangeran memilih menetap, tidak ikut kabur seperti saudara-saudaranya.

Sang Pangeran yang berusia 18 tahun ikut bersama ibunya ke Demak Bintoro.

Di sanalah dia belajar ilmu agama kepada Sunan Kalijaga atas izin Sultan Demak.

Kemudian, ketika beranjak dewasa, atas petunjuk Sultan Demak melalui Sunan Kalijaga, Sang Pangeran diminta menimba ilmu Islam kepada Kiai Ageng Gugur di lerang Gunung Lawu.

Baca Juga: Buat Apa Capek-capek Pasang Perangkap, TernyataTikus di Rumah Bisa Langsung Kabur Cuman dengan Modal 4 Baham Dapur Ini, Dijamin Gak Bakal Balik Lagi

Selain menimba ilmu, Sang Pangeran juga ditugasi menyatukan saudaranya yang tercerai-berai.

Selama berguru ilmu agama, dia dibekali ajaran Islam. Tetapi selama itu, dia tidak mengetahui bahwa Kiai Ageng tak lain kakaknya sendiri.

Singkat cerita, Kiai Ageng Gugur baru mengungkap identitasnya ketika Pangeran Samudro menguasai ilmunya.

Pangeran yang terkejut lalu menceritakan tujuannya menyatukan saudaranya dan membangun Kerajaan Demak.

Baca Juga: Tambahkan Baking Soda Saat Mencuci Pakaian, Anda Akan Terkejut dengan Hasilnya

Menurut kisah yang ada, Pangeran Samudro bersama dua abdi dalemnya kembali ke Demak dan beristirahat di Desa Gondang Jenalas (Gemolong).

Di sana mereka bertemu orang asal Demak bernama bernama Kiai Kamaliman. Pangeran kemudian memutuskan menetap sementara sembari berdakwah agama Islam.

Tetapi, ada pula yang menyebutkan kedatangan Pangeran Samudro di Tanah Gemolong karena diusir ayahnya karena diketahui jatuh cinta kepada Dewi Ontrowulan, ibu tirinya.

Sesampainya di Gemolong tepatnya dekat lereng Gunung Kemukus, kekasihnya sekaligus ibu tirinya, Dewi Ontrowulan, menyusul Sang Pangeran.

Baca Juga: Weton Sabtu Pahing Punya Perangai yang Khas dan Juga Keberuntungan Lebih Besar dari Weton Lainnya, Mengapa Demikian?

Sang Pangeran dan Dewi Ontrowulan bertemu, tapi warga sekitar memergoki mereka berduaan, lalu merajamnya beramai-ramai sampai meninggal.

Jasad mereka pun dikubur satu liang lahat tepat di bawah Gunung Kemukus.

Sebelum meninggal, pangeran berpesan kepada siapa saja yang mau melanjutkan hubungan suami-istri terlarang yang tidak sempat terlaksana itu akan terkabul semua permintaannya.

Inilah kisah yang dipercaya mengawali ritual seks yang ada di Gunung Kemukus, hingga praktik prostitusi di tempat ini yang justru semakin meningkat.

Baca Juga: Raja Sahure, Firaun Pembawa Perdamaian dan Kemakmuran Bagi Rakyat dan Negara Tetangganya, Namun di Baliknya Ada Fakta Lain yang Terungkap

(*)

Artikel Terkait