Istri Jenderal Hoegeng, Meriyati Hoegeng, merayakan ulang tahun ke-100. Selamat ulang tahun Eyang.
---
Intisari hadir di Whatsapp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Meriyati Hoegeng, istri mendiang Hoegeng Imam Santono, merayakat ulang tahunnya yang ke-100. Potretnya muncul dalam postingan Ketua DPR RI Puan Maharani.
"Suasana bahagia dan penuh kehangatan saat syukuran ulang tahun ke-100 Ibu Meriyati Hoegeng, istri Kapolri periode 1968-1971, Jenderal Hoegeng Iman Santoso, tokoh polisi teladan bangsa ... Bersama Ibu Megawati Soekarnoputri, hadir di kediaman keluarga besar Jenderal Hoegeng di Jakarta, sekaligus mendapat tanda tangan pada buku Meriyati Hoegeng, 100 Tahun Langkah Pengabdian, tentang perjalanan hidup beliau mendampingi Pak Hoegeng, Jenderal Polisi yang berintegritas dan inspiratif. Sehat selalu Eyang Meri dan teruslah menjadi teladan dan inspirasi kami semua….????"
Nama aslinya Meriyati Roeslani. Puan Maharani datang ke rumah Eyang Meri -- sapaan akrabnya --padaSenin (23/6). Dalam acara tersebut, Puan dan Megawati turut memeriahkan acara dengan bernyanyi bersama. Ada dua lagu yang dibawakan, "Jumpa Lagi" milik Andi Meriam Mattalatta dan "Congratulations" dari Cliff Richard.
Syukuran ulang tahun ke-100 tahun tersebut juga diisi dengan doa bersama, ramah tamah, serta refleksi nilai-nilai keteladanan hidup keluarga Hoegeng. Pada kesempatan yang sama, Puan mendapat tanda tangan Meriyati di bukunya yang berjudul Meriyati Hoegeng-100 Tahun Langkah Pengabdian.
Dalam buku itu diceritakan perjalanan hidup Meri Hoegeng mendampingi Jenderal Hoegeng semasa Jenderal Hoegeng masih sugeng. Puan mengatakan, Meriyati Roeslani yang akrab disapa Ibu Meri adalah sosok sederhana dan bersahaja. Meriyati juga disebut sebagai seorang istri setia yang mendampingi Jenderal Hoegeng semasa hidupnya.
"Ibu Hoegeng bukan hanya istri seorang pejabat, tapi juga penjaga nilai-nilai luhur di dalam keluarga. Beliau mendampingi Jenderal Hoegeng dengan ketulusan, dan menjadi teladan bagi kita semua," ujar Puan, dilansir Kompas.com.
Menurutnya, Meriyati mendukung Jenderal Hoegeng untuk tetap hidup sederhana dan tidak korupsi. Hal ini, kata Puan, adalah nilai-nilai hidup yang akan terus relevan hingga generasi saat ini.
"Dukungan beliau kepada Pak Hoegeng untuk menjadi polisi yang profesional dan tidak kompromi terhadap suap dan korupsi adalah pelajaran besar bagi generasi sekarang. Kita butuh lebih banyak figur seperti beliau," tambah Puan.
Jenderal Hoegeng merupakan tokoh polisi yang legendaris yang dikenal sebagai polisi teladan, jujur, dan bersahaja. Jenderal Hoegeng merupakan Kapolri ke-5 pada periode tahun 1968-1971.
Jenderal Hoegeng meninggal pada 14 Juli 2004 lalu. Pria kelahiran Pekalongan itu mengembuskan napas terakhir saat usianya 83 tahun akibat stroke. Sebelum meninggal dunia, Hoegeng sempat dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Banyak yang menyarankan supaya Jenderal Hoegeng dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Tapi keluarga menolak. Menurut mereka, Pak Hoegeng pernah bilang supaya dia dimakamkan di TPU Giritama, Desa Tonjong, Kecamatan Bojonggede, Bogor, bersama dengan rakyat biasa.
Mengutip Kompas.com, Hoegeng lahir di Pekalongan pada 14 Oktober 1921. Ayahnya, Soekardjo Kardjihatmodjo adalah ambtenaar, atau pegawai pemerintah Hindia Belanda. Selepas lulus SMA, Hoegeng melanjutkan ke Recht Hoge School (Sekolah Tinggi Hukum) di Batavia. Tapi dia tidak merampungkan studinya karena Jepang menyerbu Hindia Belanda dan dia kembali ke tanah kelahirannya.
Setelah itu, dia mengikuti kursus polisi yang diselenggarakan Pemerintah Jepang. Ketika Indonesia merdeka, kariernya sebagai polisi terus menanjak sampai diangkat menjadi Kapolri pada 1968. Bagi Hoegeng, jabatan sebagai Kapolri adalah sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan.
Dia ingin, institusi Polri bersih dan dicintai rakyat. Polisi tidak boleh alergi terhadap kritik. Menurutnya keluhan masyarakat yang didasarkan pada fakta sangat diperlukan untuk melakukan perbaikan. "Saya menginginkan polisi sungguh-sungguh menjadi pelindung masyarakat, hingga masyarakat mendapat kesan bahwa mereka dapat ditolong, sekurang-kurangnya dengan nasihat," ujar Hoegeng, dilansir Harian Kompas edisi 21 Januari 1971.
Jenderal Hoegeng dikenal sebagia polisi jujur dan berani. Beberapa kasus besar pernah dia tangani. Seperti penyelundupan sejumlah mobil mewah dan penembakan mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) oleh taruna Akabri. Termasuk kasus kasus Sum Kuning di Yogyakarta yang diduga melibatkan anak-anak orang penting di kota itu.
Hoegeng selalu menanamkan sikap jujur. Jabatan Kapolri di Era Orde Baru sama sekali tidak melunturkan prinsipnya. Ia enggan menerima barang atau sesuatu yang bukan haknya. Dalam Buku Hoegeng Oase Menyejukkan di Tengah Perilaku Koruptif Para Pemimpin Bangsa (2009) terbitan Mizan, Aditya Soesanto menceritakan, sang ayah hanya menggunakan gaji dari kepolisian untuk menghidupi keluarga.
Hoegeng tidak mau menerima sesuatu yang bukan berasal dari gajinya sebagai polisi. Bahkan sang istri sampai membuka toko bunga di rumah untuk membantu keuangan keluarga. "Memang kalau melihat anak-anak pejabat yang bisa apa saja dengan kekayaannya dan kekuasaanya, kadang kami juga iri. Kami juga ingin punya kendaraan bermotor atau mobil. Namun pikiran seperti itu bisa kami atasi dengan cara hidup kami yang sederhana dan tidak macam-macam," kata Aditya.
Aditya menuturkan, ketika Hoegeng menjabat Kapolri, pernah ada orang yang tiba-tiba membawa dua sepeda motor Lambretta ke rumah. Sepeda motor tersebut diberikan oleh seorang pengusaha sebagai jatah bagi para pejabat negara. Aditya senang karena keinginannya mempunyai sepeda motor terwujud.
Tapi kesenangan itu sirna ketika Hoegeng pulang dari kantor. Begitu mengetahui sepeda motor itu berasal dari seorang pengusaha, Hoegeng meminta ajudan untuk mengembalikannya. Sebab, ia merasa itu bukan haknya. Meski menjabat Kapolri, ia juga sama sekali tidak pernah melakukan praktik nepotisme.
Saat Aditya ingin mendaftar masuk AKABRI, Hoegeng melarangnya. Padahal, sangat mudah bagi Hoegeng untuk memasukkan anaknya itu. Selain itu, Hoegeng melarang keluarganya ikut kunjungan kerja ke luar negeri. Sementara, banyak pejabat negara yang mengajak keluarga ke luar negeri saat kunjungan kerja.