Intisari-Online.com - Setelah wafatnya Raja Hayam Wuruk tahun 1389, kerajaan Majapahit perlahan mengalami kemunduran.
Beberapa faktor mempengaruhi runtuhnya kerajaan Majapahit, termasuk karena perang saudara dan kedatangan Bangsa Portugis.
Prabu Brawijaya V dikenal sebagai raja terakhir dari keturunan Raja-raja Majapahit.
Kepemimpinan Majapahit selanjutnya jatuh ke tangan menantunya yang bergelar Brawijaya VI.
Sementara putra Prabu Brawijaya V, Raden Patah, mendirikan kerajaan sendiri yaitu Kesultanan Demak.
Kesultanan Demak semakin berjaya dengan pengaruh Islam bertambah kuat di Demak maupun di banyak daerah lain di Jawa.
Itu berbanding terbalik dengan pamor Majapahit yang semakin merosot, di mana semakin banyak daerah taklukan yang melawan dan melepaskan diri.
Raden Patah wafat pada 1518, kemudian penerusnya adalah Pati Unus (1518-1521) yang gugur tiga tahun berselang dalam penyerbuan terhadap Portugis di Malaka.
Baca Juga: Bau Pesing Akibat Ompol Bayi Hilang Tuntas Cukup Modal Baking Soda, Begini Caranya!
Ketika itu, jatuhnya Malaka ke tangan Portugis menyebabkan kota-kota di pesisir utara Jawa ramai dikunjungi pedagang manca negara.
Dilansir dari buku Sejarah Nasional Indonesia VI (1990) karya Marwati Djoened, para penguasa Jawa melihat Portugis sebagai musuh dan ganjalan dalam perdagangan.
Salah satunya Jepara yang dinilai sebagai saingan utama dalam perdagangan lada. Kemudian Demak sebagai pengekspor beras ke Malaka.
Mereka menjadi rugi setelah kota tersebut jatuh ke tangan Portugis. Hal ini mendorong Demak, Jepara, dan Kudus bersatu untuk menyerang Malaka.
Pada tahun 1513, ekspedisi penyerangan dilakukan di bawah Pati Unus. Namun, penyerangan ini berhasil digagalkan Portugis.
Setelah Pati Unus wafat, ia digantikan Sultan Trenggana sebagai pemimpin Kesultanan Demak ke-3.
Di masa pemerintahan Sultan Trenggana (1521-1546) ini, ia mengirim pasukan untuk menduduki Majapahit.
Tujuan penyerangan itu, selain untuk menaklukan kerajaan leluhurnya, juga dimaksudkan untuk memutus relasi antara Majapahit dengan Portugis yang sudah mulai terjalin.
Baca Juga: Sejarah Tokubetsu Keisatsu Tai, Organisasi Militer Bentukan Jepang Cikal Bakal Korps Brimob
Akhirnya serangan tersebut sukses, dan Brawijaya VI terbunuh.
Selain itu, semakin banyak warga Majapahit dan masyarakat Jawa yang menjadi mualaf.
Sementara keluarga dan anak-anak Brawijaya VI yang enggan memeluk Islam, melarikan diri ke Pasuruan dan Panarukan (Situbondo).
Mereka masih tetap beragama Hindu dan tidak pernah tunduk kepada Kesultanan Demak hingga akhir hayat.
Sejak tahun 1527 itulah riwayat Kerajaan Majapahit tamat, dengan Kesultanan Demak di bawah Sultan Trenggana mengakuisisi wilayah-wilayah taklukan yang masih tersisa.
Sementara itu, kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara terus menghadapi kekuatan Portugis maupun VOC (Belanda).
Eksistensi kerajaan-kerajaan maritim Jawa kecuali banten juga tidak bertahan lama.
Kekuatan mereka sebagai kerajaan maritim terus merosot seiring munculnya kekuatan baru di pedalaman Jawa, yaitu Mataram.
(*)