Kalahkan Prajurit Wanita dari Ratu yang Kuat Perkasa Bak Raksasa, Inilah Kisah Airlangga Dirikan Kerajaan Kahuripan Lanjutan Kerajaan Mataram Kuno Jawa Timur, Berakhir Bukan Karena Musuh, Tapi Ini!

K. Tatik Wardayati

Penulis

Raja Airlangga, pendiri dan raja Kerajaan Kahuripan.

Intisari-Online.com – Merupakan salah satu kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Jawa Timur yang pernah berkuasa pada abad ke-11, Kerajaan Kahuripan didirikan oleh Prabu Airlangga.

Didirikan pada tahun 1019, Kahuripan merupakan kelanjutan Kerajaan Medang yang runtuh atau Kerajaan Mataram Kuno periode Jawa Timur, pada tahun 1006.

Pusat pemerintahan Kerajaan Kahuripan diperkirakan berada di wilayah Sidoarjo dan Surabaya.

Dharmawangsa Teguh, merupakan raja Kerajaan Medang yang terakhir, adalah saingan berat Kerajaan Sriwijaya.

Baca Juga: Kisah Danang Sutawijaya, Dirikan Kerajaan Mataram Islam lalu Angkat Dirinya jadi Raja Pertama Setelah Kalahkan Kerajaan Pajang, Tempat Ayah Angkatnya Bertakhta

Pada tahun 1016 Raja Wurawari dari Lwaram (sekutu Sriwijaya) menyerang Watan, ibu kota Kerajaan Medang, yang tengah mengadakan pesta perkawinan.

Raja Dharmawangsa Teguh pun tewas, namun keponakannya yang bernama Airlangga lolos dalam serangan itu.

Airlangga merupakan putera pasangan Mahendradatta (saudara perempuan Dharmawangsa Teguh) dan Udayana raja Bali.

Ditemani pembantunya, Narotama, Airlangga kemudian menjalani kehidupan sebagai pertapa di hutan pegunungan.

Baca Juga: Miliki Jiwa Sosial yang Tinggi dan Tidak Semena-mena dengan Rakyatnya, Inilah Gambaran Kepahlawanan Raja Purnawarman dari Kerajaan Tertua di Indonesia, Cikal Bakal ‘Sunda’

Kemudian pada tahun 1019, datang utusan rakyat, meminta agar Airlangga membangun kembali Kerajaan Medang.

Namun, karena kota Watan sudah hancur, Airlangga membangun ibu kota baru bernama Watan Mas di dekat Gunung Penanggungan.

Awal mulanya, wilayah kerajaan yang diperintah Airlangga hanya meliputi daerah Gunung Penanggungan dan sekitarnya, karena banyak daerah bawahan Kerajaan Medang yang membebaskan diri.

Setelah Kerajaan Sriwijaya dikalahkan Rajendra Coladewa raja Colamandala dari India dari tahun 1023, maka Airlangga merasa leluasa membangun kembali kerajaan Wangsa Isyana.

Untuk memperluas wilayah kerajaannya, maka peperangan demi peperangan dilakoni Airlangga, agar kerajaan-kerajaan di Jawa Timur dapat ditaklukkannya.

Pada tahun 1032 Airlangga kehilangan kota Watan Mas karena diserang oleh raja wanita yang kuat bagai raksasa, yaitu Dyah Tulodong, salah satu raja Kerajaan Lodoyong (sekarang wilayah Tulungagung, Jawa Timur).

Dyah Tulodong digambarkan sebagai ratu yang memiliki kekuatan luar biasa.

Pertempuran antara bala tentara Raja Erlangga berhasil dikalahkan oleh Dyah Tulodong, pertemuan yang terjadi lantaran Dyah Tulodong berusaha membendung ekspansi Airlagga yang sudah menguasai wilayah sekitar kerajaan.

Dikisahkan, Dyah membawa pasukan khusus yang merupakan prajurit-prajurit wanita pilihan, dan berhasil memukul mundur pasukan Airlangga dari pusat kerajaan Watan Mas di dekat Gunung Penanggungan hingga ke Patakan (Sambeng, Lamongan, Jawa Timur), yang terjadi pada tahun 1031.

Baca Juga: Terpantik Nafsu Raja yang Ingin Disembah Bak Tuhan, Inilah Perang Ganter, Titik Awal Lahirnya Wangsa Rajasa yang Kelak Kuasai Tanah Jawa Lewat Singasari dan Majapahit

Namun, satu tahun kemudian Dyah Tulodong berhasil dikalahkan Airlangga lewat pertempuran sengit di penghujung tahun 1032.

Dari arah utara, pasukan Airlangga bergerak ke selatan menuju Lodoyong, dan berhasil mengalahkan musuh wanita, bahkan Raja Wurawari pun dapat dihancurkan.

Airlangga kemudian membangun ibu kota baru bernama Kahuripan di daerah Sidoarjo sekarang, nama inilah yang kemudian lazim dipakai sebagai nama kerajaannya.

Sama halnya nama Singhasari yang sebenarnya cuma nama ibu kota, namun kemudian dipakai sebagai nama kerajaan yang dipimpin Kertanegara.

Dinobatkan menjadi raja, Airlangga mendapatkan gelar Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramatunggadewa.

Berdasarkan Prasasti Pamwatan, dan Serat Calon Arang, pusat kerajaan Airlangga kemudian dipindah lagi ke Daha.

Akhir kekuasaan Kahuripan

Putrinya, Sanggramawijaya Tunggadewi, yang seharusnya mewarisi takhta justru memilih untuk menjadi pertama.

Hal inilah yang menimbulkan masalah suksesi kerajaan karena terjadi perebutan takhta di antara kedua putranya.

Baca Juga: Didirikan oleh Maharesi dari India dan Kuasai Hampir Seluruh Jawa Barat, Inilah Peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang Pada Puncak Kejayaan Rakyatnya Hidup Tenteram

Akhirnya, pada tahun 1045, Raja Airlangga memutuskan membagi kerajaan menjadi dua untuk kedua putranya, yaitu Mapanjagi Garasakan dan Sri Samarawijaya.

Kerajaan Jenggala dengan ibu kota terletak di Kahuripan dibeikan kepada Mapanji Garasakan, sedangkan Kerajaan Panjalu atau Kediri yang berpusat di Daha diberikan kepada Sri Samarawijaya.

Pembagian kekuasaan ini menandai akhir dari pemerintahan Kerajaan Kahuripan.

Airlangga pun memilih untuk menjadi pertapa setelah turun takhta, hingga akhir hayatnya pada tahun 1049.

Dengan demikian, Airlangga menjadi pendiri sekaligus satu-satunya raja di Kerajaan Kahuripan.

Beberapa peninggalan Kerajaan Kahuripan yang penting, yaitu:

- Candi Belahan

- Candi Semar Jalatunda

- Prasasti Kamalgnyan

- Prasasti Pucangan

- Prasasti Pamwatan

- Prasasti Cane

- Prasasti Baru

- Prasasti Terep

- Kitab Arjunawiwaha

Baca Juga: Pilih Jalani Moksa Demi Lepas dari Putaran Reinkarnasi, 5 Jasad Tokoh Sakti nan Legendaris Nusantara Ini Hilang Tanpa Jejak Sama Sekali

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait