Penulis
Intisari-Online.com – Mengenal Kerajaan-kerajaan di Nusantara, maka Anda pasti mengenal salah satunya yang paling populer di Jawa Tengah, yaitu Kerajaan Mataram.
Kerajaan Mataram Islam ini didirikan oleh Danang Sutawijaya.
Anda tidak familiar dengan nama Danang Sutawijaya?
Dialah yang juga dikenal sebagai Panembahan Senopati, pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Mataram Islam.
Berdasarkan serat atau naskah babad seperti Serat Bauwarna, Serat Centhini, Babad Tanah Jawi, dan beberapa naskah lainnya, disebutkan bahwa Panembahan Senapati memiliki beberapa nama kecil dan julukan.
Antara lain: Danang Sutawijaya, nama ini yang lebih terkenal, Raden Bagus Dananjaya, Raden Ngabehi Saloring Pasar, Raden Ngabehi Salering Peken, dan Risang Sutawijaya.
Lahir sebagai putra Ki Ageng Pemanahan, yang merupakan salah satu orang kepercayaan dan punggawa Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir dari Kerajaan Pajang.
Ibunya bernama Nyai Sabinah atau Nyai Ageng Pemanahan, yang merupakan adik dari Ki Juru Martani, patih pertama Mataram pada masa pemerintahannya.
Danang Sutawijaya pernah diangkat anak oleh Sultan Hadiwijaya dari Kerajaan Pajang, karena pernikahan Hadiwijaya dan istrinya belum dikaruniai anak.
Danang Sutawijaya juga diberi tempat tinggal di utara pasar hingga dikenal dengan sebutan Raden Ngabehi Loring Pasar.
Danang Sutawijaya ketika itu dan ayahnya, Ki Ageng Pemanahan, membantu Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya, menumpas pemberontakan Arya Penangsang di Kesultanan Demak.
Karena berhasil menyingkirkan Arya Penangsang, mereka diberi hutan Mentaok (sekarang Kotagede, Yogyakarta) oleh Jaka Tingkir.
Di tanah tersebut, Ki Ageng Pemanahan membangun menjadi sebuah kadipaten di bawah Kerajaan Pajang.
Pada 1575, Danang Sutawijaya kemudian menggantikan posisi ayahnya yang mangkat sebagai Adipati Mataram dengan gelar Senopati Ing Ngalaga, yang artinya panglima di medan perang.
Panembahan Senopati memiliki empat istri dan 14 anak, yaitu Gusti Kanjeng Ratu Pambayun, Pangeran Ronggo Samudra, Pangeran Puger, Pangeran Teposono, Pangeran Purbaya, Pangeran Rio Manggala, Pangeran Adipati Jayaraga, Panembahan Hadi Hanyokrowati, Gusti Raden Ayu Demang, Wiramantri, Pangeran Adipati Pinggoloyo I, Pangeran Juminah, Pangeran Adipati Martoloyo, dan Pangeran Tanpa Nangkil.
Panembahan Hadi Hanyokrowati atau dikenal sebagai Panembahan Seda Krapyak adalah putra Panembahan Senopati yang nantinya mewarisi takhta Mataram Islam.
Beberapa keturunan Panembahan Senopati lainnya menjabat sebagai adipati di sejumlah daerah di Jawa.
Baca Juga: Isi Perjanjian Salatiga, Kesepakatan yang Akhirnya Membagi Mataram Jadi Tiga Wilayah Kekuasaan
Setelah sang ayah, Ki Panembahan Pemanahan, mangkat, utusan dari Kerajaan Pajang datang ke Mataram menanyakan janji kesetiaan Panembahan Senopati.
Ketika itu Senopati tengah mempersiapkan untuk melepaskan diri dari Kerajaan Pajang.
Akibatnya, Mataram dan Kerajaan Pajang sempat bertempur hingga memaksa Sultan Hadiwijaya alias Jaka Tingkir mundur.
Sepulangnya dari perang, Sultan Hadiwijaya sakit dan akhirnya mangkat pada tahun 1582.
Semakin mudahlah Mataram memerdekakan diri dari Kerajaan Pajang, apalagi kerajaan itu mengalami pergolana karena perebutan kekuasaan.
Danang Sutawijaya pada 1586, resmi mengangkat dirinya sebagai raja pertama Kerajaan Mataram Islam dengan gelar Panembahan Senapati Ing Alaga Sayidin Panatagama.
Gelar tersebut berarti bahwa raja berkuasa atas pemerintahan dan keagamaan.
Gelar sultan baru resmi digunakan oleh penguasa mataram mulai 1641, di masa kekuasaan cucunya, Sultan Agung.
Pangeran Benawa, yang merupakan putra mahkota Kerajaan Pajang, digulingkan oleh Arya Pangiri, menantu Sultan Hadiwijaya yang menjadi adipati Demak, atas bantuan Panembahan Kudus.
Di bawah pimpinan Panembahan Senopati, Mataram mulai melancarkan kampanye militer melawan Kerajaan Pajang.
Pangeran Benawa sendiri kemudian bersekutu dengan Senopati, karena menilai pemerintahan Arya Pangiri merugikan rakyat Pajang, peperangan terjadi antara Pajang melawan Mataram hingga terjadi kekalahan Arya Pangiri.
Pangeran Benawa kemudian diangkat menjadi raja Pajang, yang akhirnya bergabung dengan Mataram yang dipimpin oleh Pangeran Gagak Baning, adik Panembahan Senopati, sebagai adipati.
Pada masa kekuasaannya, Panembahan Senopati memperluas daerah kekuasaan Mataram Islam ke wilayah di sekitarnya, berlanjut hingga daerah pesisir utara dan Jawa Timur.
Setelah Demak, Kedu, dan Bagelen berhasil dikuasai, kemudian Madiun, Surabaya, Kediri, dan Pasuruan.
Kesultanan Mataram dikenal sebagai kerajaan bercorak agraris dengan ibu kota di Kotagede, Yogyakarta.
Bisa dikatakan bahwa masa pemerintahan Panembahan Senopati ini sebagai awal kebangkitan Kerajaan Mataram Islam.
Dalam Babad Sangkala, dikisahkan Panembahan Senopati mangkat pada tahun 1601, saat berada di Desa Kajenar, lalu dimakamkan di Pasarean Mataram, Kotagede.
Singgasana Mataram kemudian diwariskan pada putranya, Mas Jolang, yang bergelar Panemabahan Hanyokrowati.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari