Intisari-Online.com - Sering kita lihat seperti di poster Garuda pancasila, apa makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika?
Semboyan 'Bhinneka Tunggal Ika' itu dibaca oleh Mohammad Yamin pada sidang BPUPKI pertama (29 Mei hingga 1 Juni 1945).
Ia membacakan frasa tersebut dalam tulisan Johan Hendrik Casper Kern seorang orientalis ahli bahasa Belanda.
Dilansir dari situs resmi Republik Indonesia, begitu Moh Yamin menyebut frasa Bhinneka Tunggal Ika, lalu I Gusti Bagus Sugriwa sontak meneruskan frasa tersebut dengan “Tan hana dharma mangrwa” yang berarti tidak ada kerancuan dalam kebenaran.
Kemudian, menurut Mohammad Hatta, semboyan Bhinneka Tunggal Ika juga diusulkan oleh Soekarno saat perancangan simbol negara Garuda Pancasila.
Semboyan ini pun dimasukkan ke dalam lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila, yang dirancang Sultan Hamid II dan diumumkan ke publik pada tanggal 15 febuari 1950.
'Bhinneka Tunggal Ika' tercantum di Garuda Pancasila, terletak di atas pita putih yang dicengkram oleh cakar burung Garuda.
Lalu, apa makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika?
Semboyan itu memiliki arti: "Berbeda-beda tetapi tetap satu jua."
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika dianggap mewakili pandangan negara Indonesia dan dapat memperteguh kedaulatan bangsa.
Semboyan itu dimaknai untuk menyatukan masyarakat Indonesia yang berbeda-beda menjadi satu kedaulatan negara Indonesia tanpa adanya diskriminasi.
Prinsip utama semboyan negara Indonesia ini adalah persatuan dan kesatuan.
Prinsip tersebut harus dijalankan dan dibarengi dengan hidup rukun dan saling menjaga toleransi.
Dengan semboyan ini, diharapkan menjadi salah satu unsur yang memperkuat persatuan Indonesia, mengingat masyarakat Indonesia berasal dari berbagai suku, agama, ras, bahasa dan budaya yang berbeda.
Pada satu sisi, perbedaan tersebut bisa menghancurkan persatuan dan kesatuan Indonesia, jika tidak diantisipasi dengan serius.
Sementara pada sisi lainnya, perbedaan menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang unik dan kuat. Karena walaupun memiliki perbedaan, masyarakatnya secara sadar bersatu dan menjaga kerukunan dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Diucapkan pertama kali di Sidang BPUPKI oleh Moh Yamin, dalam sejarahnya semboyan ini sudah ada sejak abad ke-14, yaitu pada masa kerajaan Majapahit.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika terdapat dalam kitab kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular yang digubah pada masa kekuasaan Raja Rajasanagara Majapahit yang tersohor yaitu Hayam Wuruk.
Dalam kakawin Sutasoma, Mpu Tantular membuat kita tersebut sebagai titik temu agama-agama yang berbeda di Nusantara.
Kakawin mpu tantular mengajarkan toleransi antar agama dan menjadi ajaran yang dianut oleh pemeluk agama Hindu dan Buddha.
Sementara Johan Hendrik Casper Kern memuat frasa tersebut dalam tulisannya berjudul Verspreide Geschriften.
Prinsip dan makna Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara Indonesia, sudah sepatutnya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, demi menjaga persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia.
Salah satu contohnya adalah dengan saling menghormati antar umat beragama, tidak memaksa kehendak atau keinginannya pada kelompok minoritas, dan lain sebagainya.
Itulah makna Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi semboyan Indonesia.
Baca Juga: Inilah Hakikat Sebenarnya Wawasan Nusantara: dari Asas Sampai Tujuannya
(*)