Intisari-Online.com -Lokasi Indonesia berada di titik pertemuan tiga lempeng benua utama.
Yakni lempeng Pasifik, lempeng Eurasia dan Indo-Australia, dan lempeng Filipina yang jauh lebih kecil.
Lokasi ini juga merupakan kawasan "Ring of fire", sebuah daerah berbentuk tapal kuda di sekitar tepi Samudera Pasifik, dari Australia ke Andes.
Hal itu mengakibatkan letusan gunung bagaikan menunggu bom waktu saja.
Melansir dari Daily Mail, letusan gunung berapi di seluruh dunia melepaskan aerosol sulfat yang mampu memantulkan sinar matahari ke atmosfer.
Hal itu menyebabkan iklim menjadi lebih dingin dan kering, sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan, ternak, dan tanaman.
Para peneliti dari Universitas Zhejiang menganalisis jumlah ion sulfat (SO42-) di atmosfer dengan mengekstraksi inti es dari Antartika dan Greenland.
Para peneliti kemudian merekonstruksi 156 letusan gunung berapi yang terjadi di seluruh dunia antara 1-1915 M.
Tim juga menganalisis dokumen yang merinci sejarah 68 dinasti feodal Tiongkok, dari 850-1911.
Para ilmuwan mengungkap bahwa letusan gunung berapi global dapat menciptakan "kejutan", yang menyebabkan keruntuhan sosial, terutama pada saat ketegangan politik dan sosial ekonomi di era apokaliptik.
China sudah berada di level tinggi.
"Agroekologi yang kompleks adalah kunci untuk mempertahankan dinasti terpadat di China."
"Perubahan iklim yang tiba-tiba dan cuaca ekstrem sangat memengaruhi aktivitas politik, ekonomi, dan demografis saat itu," kata penulis studi, Chaochao Gao bersama rekan-rekannya.
Mereka menemukan hubungan yang kuat antara besarnya dampak guncangan iklim dan tingkat ketidakstabilan yang sudah ada sebelumnya.
Bahkan letusan kecil dapat memicu keruntuhan ketika ketidakstabilan telah mencapai tingkat kritis.
Sementara itu, letusan besar dapat menjatuhkan dinasti yang makmur sekaligus.
Tim menyimpulkan bahwa 62 dari 68 keruntuhan dinasti di China terkait dengan setidaknya satu letusan gunung berapi yang terjadi dalam skala global.
Periode 850-1911 dimulai dari Dinasti Tang hingga jatuhnya Dinasti Qing.
Selama Dinasti Tang, pada akhir abad ke-9, penurunan populasi, migrasi massal, kemiskinan yang meluas, dan pemerintahan pusat yang lemah menyebabkan puluhan pemberontakan petani, mengakhiri dinasti tersebut pada tahun 907.
Ini adalah pertama kalinya para ilmuwan mengkonfirmasi runtuhnya dinasti di China dalam 2.000 tahun terakhir, terkait dengan letusan gunung berapi.
Pada abad ke-20 dan ke-21 saat ini, letusan gunung berapi jauh lebih jarang dan dalam skala yang jauh lebih kecil daripada yang terjadi selama periode dinasti feodal China.
(*)