Dalam rapat itu Sam memberi briefing mengenai adanya “Dewan Jenderal” yang dipimpin oleh Jenderal Nasution dan Jenderal Yani yang merencanakan suatu kup.
Sam meminta supaya para perwira yang hadir merencanakan sesuatu guna menghalangi rencana “Dewan Jenderal” tersebut.
Rapat yang paling penting karena meletakkan dasar-dasar daripada “G-30-S" adalah rapat tanggal 19 September 1965 bertempat di rumah (eks) Kolonel Latief di Cawang.
Pada rapat itulah Sam menunjuk Untung selaku “pemimpin” daripada “G-30-S".
Ketentuan-ketentuan yang khusus mengenai pencetusan “G-30-S" dilakukan pada dua rapat terakhir.
Pada rapat tanggal 29 September di rumah Sam, tokoh PKI itu memutuskan bahwa komplotan mereka diberi nama “Gerakan 30 September" dan bahwa Hari-H jatuh pada malam keesokan harinya, meskipun Jam-J akan jatuh pada dinihari tanggal 1 Oktober.
Dalam pada itu dalam beberapa rapat sebelumnya kepada (eks) Kolonel Latief telah ditugaskan untuk menyusun rencana operasi.
Menurut rencananya, operasi diberi nama Operasi Takari dan dibagi atas 3 komando:
1. Komando Penculikan dan Penyergapan yang dipimpin oleh Dul Arief dari Cakrabirawa; 2. Komando Penguasaan Kota yang dipimpin oleh (eks) Kapten Suradi dari Brigade I Infanteri/Jayakarta dan 3. Komando Basis yang dipimpin oleh (eks) Major Udara Gatot Sukresno.
Ketiga komando itu bertanggung jawab kepada Central Comando atau Cenco.
Pada tanggal 30 September pagi diadakan rapat terakhir di Lubang Buaya. Yang hadir adalah (eks) Brigadir Jenderal Suparjo, Latief, Sujono, (eks) Mayor Bambang Supeno (Dan Yon 530 Para), Gatot Sukresno, (eks) Kapten Kuncoro (Wadan Yon 454 Para), Suradi, Dul Arief, Sugito dan dua orang sipil yang tidak dikenal.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR