Intisari-Online.com -Meskipun sudah uzur, nenek-nenek penghuni penghuni Panti Jompo Waluyo Sejati Abadi masih terlihat bugar. Satu kuncinya, mereka sehat dan ceria dengan kunjungan-kunjungan. Untuk mengenang G30S, Intisari edisi September 2014 merangkum kisah keceriaan mereka di tengah kunjungan-kunjungan para kolega.
---
Meski sudah tidak selincah dahulu, bukan berarti nenek-nenek penghuni Panti Jompo Waluyo Setia Abadi miskin kegiatan. Seperti laiknya nenek-nenek lainnya, para penghuni tersebut pergi ke pasar setiap pagi untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
Selain itu, mereka masih menyempatkan membaca koran setiap pagi dan sore dan mengikuti berbagai program televisi. Tidak jarang juga bau-bau aktivisnya muncul kembali, misalnya terlibat dalam acara-acara diskusi, konferensi, dan juga pameran.
Beberapa kali ada kunjungan dari instansi baik swasta maupun pemerintah ke panti tersebut. Juga mahasiswa-mahasiswa yang tengah disibukkan dengan tugas penelitian atau wartawan yang sedang dikejar tenggat. Menurut pengakuan Lestari, kegiatan-kegiatan inilah yang membuat mereka, para penghuni panti, tetap sehat dan bugar. “Tamu-tamu yang datang selalu membuat kami ceria dan tetap sehat,” kata Lestari.
Jika ada waktu, di pagi hari Lestari biasanya jalan pagi berkeliling kompleks. Patokannya adalah gereja di sebelah selatan panti dan Jalan Salemba di sebelah utara. Biasanya ia bolak-bolik beberapa putaran. “Kami sudah hidup bahagia di sini, hanya satu yang masih kami perjuangkan: rehabilitasi nama,” ujar Sri Sulistiawati tegas.
Itulah kuncinya, mereka tetap sehat dan ceria dengan kunjungan-kunjungan dari orang-orang yang peduli dengan mereka. (Intisari, 2014)