Jadi Salah Satu Sumber Sejarah Kerajaan Majapahit, Kok Bisa Kitab Ini Dipertanyakan Kebenarannya?

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Terlepas dari banyaknya perdebatan tentang kebenarannya, serat Pararaton masih dianggap sebagai salah satu sumber sejarah Kerajaan Majapahit yang banyak dirujuk (Wikipedia Commons)
Terlepas dari banyaknya perdebatan tentang kebenarannya, serat Pararaton masih dianggap sebagai salah satu sumber sejarah Kerajaan Majapahit yang banyak dirujuk (Wikipedia Commons)

Ada beberapa sumber sejarah Kerajaan Majapahit. Salah satunya adalah serat Pararaton. Meski begitu, banyak perdebatan soal kebenaran kitab yang ditulis sekitar abad 15-16 ini.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami sini

---

Intisari-Online.com -Setidaknya ada lima sumber Kerajaan Majapahit, sebagaimana dikutip dari buku Explore Sejarah Indonesia Jilid I (2019). Salah satunya adalah Serat atau Kitab Pararaton.

Tak hanya sebagai sumber sejarah Kerajaan Majapahit, Pararaton juga disebut sebagai sumber Kerajaan Singasari. Karena bagaimanapun juga, kitab ini diawali dengan kisah Ken Arok, pendiri Singasari.

Kitab Pararaton ditulis oleh Mpu Prapanca sekitar abad ke-15. Meski begitu, ada beberapa kalangan yang meragukan kebenaran Kitab Pararaton ini. Kok bisa begitu?

Baca Juga: Peristiwa Penting Kerajaan Majapahit, dari Pendirian hingga Keruntuhannya

Ditulis Intisari Online, ada beberapa hal yang membuatSerat Pararaton diragukan kebenarannya sebagai sumber sejarah oleh beberapa ahli. Salah satu di antaranya adalah banyaknya unsur mitologi di dalamnya.

Kitab Pararaton, diterjemahkan sebagai Kitab Raja-Raja, seperti disebut di awal, diduga ditulis antara 1481-1600 M. Menurut sejarah R. Pitono Hardjowardoyo, sebagaimana dikutip dari Historia.ID, Pararaton ditulis di Pulau Jawa pada abad ke-16. Sementara menurut Hasan Djafar, arkeolog senior dari Universitas Indonesia (UI), serat ini berasal dari masa Majapahit akhir.

Dia mengacu pada bagian akhir Pararaton yang menyebut gunung meletus pada 1403 Saka (1481 M). Tahun ini jadi pegangan menetapkan waktu penulisan Pararaton.

Meski dijadikan sumber sejarah utama Kerajaan Singasari dan Majapahit, beberapa sejarawan meragukan keabsahannya karena sebagian besar isinya adalah cerita mitos. Tak hanya itu, siapa penulis Kitab Pararaton juga tidak jelas siapa. Sejatinya naskah Pararaton cukup pendek, terdiri atas 1.126 baris yang tertuang dalam 32 halaman seukuran folio.

Secara garis besar, Pararaton dibagi menjadi dua bagian. Pada bagian pertama, kitab ini menceritakan riwayat perjalanan Ken Arok, pendiri Kerajaan Singasari, dan para raja penerusnya.

Sementara pada bagian kedua mengisahkan tentang kehidupan Kerajaan Majapahit, mulai dari riwayat pendirinya, Raden Wijaya, hingga daftar raja-raja yang berkuasa dan pemberontakan yang berlangsung pada awal berdirinya kerajaan.

Kitab Pararaton dibuka dengan cerita mengenai perjalanan hidup Ken Arok dari awal hingga menjadi raja pada 1222 M. Diceritakan bahwa Ken Arok mempersiapkan inkarnasi dirinya sehingga bisa menjadi seorang raja.

Caranya adalah dengan menjadikan dirinya kurban persembahan bagi Yamadipati, dewa penjaga pintu neraka dalam agama Hindu dan Buddha. Sebagai balasannya, dia terlahir kembali sebagai Raja Singasari dan di saat kematiannya akan masuk ke dalam surga Wisnu.

Disebutkan pula bahwa Ken Arok berkali-kali diselamatkan dari marabahaya berkat campur tangan dewata. Pada suatu kejadian ketika para dewa berkumpul di Gunung Kryar Lejar, Batara Guru menyatakan bahwa Ken Arok adalah putranya dan ditetapkan akan membawa kestabilan serta kekuasaan di Jawa.

Penggambaran yang bersifat mitologis ini panjangnya hampir setengah kitab, kemudian dilanjutkan dengan cerita pendek dalam urutan kronologis dan diberi penanggalan. Mendekati bagian akhir, penjelasan pada setiap ceritanya cukup pendek dan dilanjutkan dengan kisah kehidupan di Kerajaan Majapahit.

Di sisi lain, beberapa sejarawan menyangsikan Kitab Pararaton sebagai sumber sejarah. Pakar asal Belanda, C.C. Berg, mengungkap bahwa secara keseluruhan isi Pararaton terlalu banyak menggabungkan unsur supranatural dan realitas. Sehingga tidak dapat dianggap sebagai fakta-fakta sejarah.

Terlebih lagi, beberapa penanggalan dan urutan raja yang terdapat dalam Pararaton memang berbeda dari Kitab Negarakertagama, yang menurut para ahli lebih bisa dipercaya. Sementara beberapa sejarawan lainnya masih menerima kesejarahan Pararaton pada tingkat tertentu, dengan memerhatikan kesamaan yang terdapat pada sumber sejarah lainnya.

Seperti sejarawan R. Pitono Hardjowardoyo misalnya, yang mengatakan bahwa isi Pararaton lebih beragam dari Kitab Negarakertagama. Terlepas dari kritik para ahli, Kitab Pararaton tetap menjadi sumber penting yang dapat mengungkap sejarah Kerajaan Singasari dan Majapahit.

Sumber lain Kerajaan Majapahit

Dalam sejarahnya, Majapahit dikenal dengan wilayah kekuasaan yang luas dan hampir mencakup seluruh nusantara. Puncak kejayaan kerajaan ini berlangsung pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, yang berkuasa antara 1350-1389 M, di mana Majapahit berhasil menaklukkan Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura), dan sebagian Kepulauan Filipina.

Tak hanya itu, pada masa pemerintahan Hayam Wuruk kerajaan ini juga menjalin relasi dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, Vietnam, dan China. Hal ini diketahui dari beberapa sumber sejarah Kerajaan Majapahit yang menjelaskan tentang keberadaan kerajaan ini.

Selain dari Serat Pararaton -- yang para pakar berdebat tentang kebenarannya, ada beberapa sumber sejarah Kerajaan Majapahit lainnya.

Yang pertama adalahBerita Tiongkok yang dituliskan pada masa Dinasti Ming. Sumber sejarah ini mengungkap adanya hubungan diplomasi Majapahit dengan kekaisaran China.

Selanjutnya adalah Prasasti Butak(1294). Prasasti ini memuat peristiwa runtuhnya Kerajaan Singasari dan perjuangan Raden Wijaya dalam mendirikan Kerajaan Majapahit.

Kemudian ada Kidung Harsawijaya dan Panji Wijayakrama. Sumber ini memuat upaya Raden Wijaya dalam menghadapi musuh dari Kediri dan tahun-tahun awal perkembangan dari Kerajaan Majapahit.

Yang dianggap paling utama tentu sajaKitab Negarakertagama yang ditulis Mpu Prapanca. Kitab ini memuat perjalanan Hayam Wuruk di Jawa Timur.

Ada juga peninggalan berupa Kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular yang ditulis pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dan berisi frasa Bhinneka Tunggal Ika yang kini menjadi semboyan negara Indonesia. Selain itu, sumber sejarah Kerajaan Majapahit juga didapatkan dari berbagai candi seperti Candi Penataran, Candi Tikus, Candi Bajang Ratu, Candi Jabung, Candi Brahu, dan Candi Kedaton.

Begitulah cerita tentang sumber sejarah Kerajaan Majapahit di mana salah satunya adalah Serat atau Kitab Pararaton, yang meskipun diperdebatkan kebenarannya, tetap banyak dirujuk oleh sejarawan.

Baca Juga: Selamat Ulang Tahun yang ke-731 Majapahit, Kemaharajaan Hindu-Buddha Terakhir yang Menguasai Nusantara

Artikel Terkait