Jejak Sejarah Corak Batik dari Masa Majapahit

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi - Corak batik diduga sudah ada sejak zaman Majapahit.
Ilustrasi - Corak batik diduga sudah ada sejak zaman Majapahit.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Sebuah Perjalanan Melintasi Waktu dalam Goresan Canting dan Keindahan Abadi

Intisari-online.com -Angin berbisik lembut di antara rerimbunan pohon beringin di Trowulan, membelai lembut sisa-sisa kejayaan masa lampau.

Di tanah yang pernah menjadi saksi bisu kebesaran Kerajaan Majapahit, tersimpan kisah-kisah yang terukir bukan hanya pada prasasti batu, tetapi juga pada selembar kain yang dihiasi lukisan rumit nan memukau.

Kain batik, warisan budaya adiluhung yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas bangsa Indonesia, ternyata telah menyapa dunia sejak zaman keemasan Majapahit.

Bayangkan, di tengah gemerlap istana Majapahit yang megah, para putri raja dan dayang-dayang dengan anggunnya mengenakan kain-kain bermotif indah.

Kain-kain tersebut bukan sekadar penutup tubuh, melainkan kanvas bagi ekspresi seni dan simbol status sosial.

Goresan canting yang lincah menari di atas kain mori, menciptakan motif-motif yang sarat makna, merefleksikan kehidupan, kepercayaan, dan filosofi masyarakat Majapahit.

Jejak-Jejak Sejarah yang Terukir dalam Batik

Bukti-bukti keberadaan batik di era Majapahit memang tidak tercatat secara gamblang dalam prasasti-prasasti kuno.

Namun, para sejarawan dan arkeolog telah menemukan petunjuk-petunjuk berharga yang menguatkan dugaan bahwa seni batik telah berkembang pesat pada masa itu.

Relief-relief di candi-candi peninggalan Majapahit, seperti Candi Penataran dan Candi Surawana, menggambarkan sosok-sosok manusia yang mengenakan kain bercorak mirip batik.

Selain itu, dalam kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca yang mengisahkan perjalanan Hayam Wuruk, terdapat sebuah bait yang menyebutkan tentang kain dengan hiasan berupa binatang dan bunga.

Meskipun tidak secara eksplisit menyebut kata "batik", gambaran tersebut menunjukkan adanya teknik hias kain yang mirip dengan batik pada masa itu.

“... hana ta siratuhu tan hana wenang lawan, raras ririh sarwa tinon, lwir ning rat kunang kagyat, wastra bhinaturangga puspa...”

(Artinya: “...ada pula yang berjalan kaki, tidak ada yang berani melarang, indah rapi semua dilihat, seakan-akan bintang di langit berjatuhan, kain berhiaskan binatang dan bunga...”)

Sumber: Kitab Negarakertagama, pupuh 17, bait 5

Corak Batik Majapahit: Refleksi Kehidupan dan Spiritualitas

Corak-corak batik Majapahit umumnya terinspirasi dari alam sekitar dan kepercayaan masyarakat pada masa itu.

Motif-motif seperti bunga teratai, sulur-suluran, burung merak, dan garuda sering ditemukan pada batik Majapahit.

Motif-motif tersebut tidak hanya bernilai estetika, tetapi juga mengandung makna simbolik yang mendalam.

Bunga teratai, misalnya, melambangkan kesucian dan kehidupan yang abadi, sedangkan burung merak melambangkan kecantikan dan keanggunan.

Motif-motif geometris yang terinspirasi dari struktur bangunan candi juga sering dijumpai pada batik Majapahit.

Motif-motif tersebut mencerminkan keteraturan, keseimbangan, dan keharmonisan alam semesta.

Pewarna Alami: Rahasia Keindahan Batik Majapahit

Pada zaman Majapahit, pewarna alami menjadi pilihan utama dalam proses pembuatan batik. Daun nila menghasilkan warna biru yang indah, kunyit memberikan sentuhan kuning cerah, kulit manggis menghasilkan warna ungu yang elegan, dan kayu secang memberikan warna merah yang menawan.

Penggunaan pewarna alami tidak hanya menghasilkan warna yang lembut dan alami, tetapi juga menunjukkan keselarasan masyarakat Majapahit dengan alam.

Teknik Batik yang Diwariskan Turun-Temurun

Teknik batik yang dikembangkan pada zaman Majapahit diperkirakan adalah teknik batik tulis dan teknik batik cap.

Teknik batik tulis, yaitu menggunakan canting untuk menggambar motif di atas kain, menghasilkan corak yang lebih detail dan eksklusif.

Sedangkan teknik batik cap, yaitu menggunakan cap yang terbuat dari tembaga untuk mencetak motif pada kain, memungkinkan produksi batik dalam jumlah yang lebih banyak.

Teknik-teknik batik tersebut diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi, menjaga kelestarian seni batik hingga saat ini.

Meskipun telah mengalami perkembangan dan inovasi, namun esensi dan filosofi batik tetap terjaga, menghubungkan kita dengan kearifan dan keindahan masa lampau.

Batik Majapahit: Warisan Budaya yang Abadi

Batik Majapahit merupakan cerminan dari kebudayaan yang tinggi pada masanya. Keindahan corak, keharmonisan warna, dan makna simbolik yang terkandung di dalamnya menjadikan batik Majapahit sebuah mahakarya seni yang abadi.

Meskipun Kerajaan Majapahit telah runtuh, namun warisan budayanya, termasuk seni batik, tetap hidup dan berkembang hingga saat ini.

Batik tidak hanya sekadar kain bercorak, tetapi juga merupakan bagian dari sejarah, identitas, dan jiwa bangsa Indonesia.

Melalui batik, kita dapat menelusuri jejak-jejak peradaban nenek moyang, mengapresiasi keindahan seni, dan mewarisi nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.

Mari kita lestarikan batik sebagai warisan budaya yang tak ternilai harganya, agar keindahannya dapat terus dinikmati oleh generasi-generasi mendatang.

Sumber:

Kitab Negarakertagama, Mpu Prapanca

Buku "Batik: Sejarah, Motif, dan Teknik", oleh S.K. Sewan Susanto

Jurnal "Kajian Motif Batik Majapahit pada Relief Candi Penataran", oleh Dwi Cahyono

Website Museum Nasional Indonesia

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Artikel Terkait